Seseorang pernah bertanya kepada Syeikh Hasan Abu al-Syadzily:
Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan Cinta
itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang terpendam rindunya
ketika hijab diturunkan. Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta
itu, sejam dua jam. Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi
arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke
urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu.
Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka dengan matahari ma’rifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah Hizbullah(Pasukan-Pasukan Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang.” (Al-Mujadilah: 22)[bq]
*Sumber: Mata Air. Vol. 24 Tahun 2009. Teladan; Mabuk Cinta. Halaman 13
Apakah yang disebut minuman Cinta?
Apa gelas piala Cinta?
Siapa sang peminum?
Apakah rasa minumannya?
Siapakah para peminum sejati?
Apakah rasa segar minuman?
Apakah yang disebut mabuk Cinta?
Apa pula sadar dari mabuk itu?
Syeikh Abu Hasan al-Syadzily menjawab: Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkilauan dari
Kemahaindahan Sang Kekasih. Gelas pialanya adalah kelembutan yang menghubungkan
ke bibir-bibir hati. Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung
kepada orang-orang istimewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah
Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya.
Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan
hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. Sadari dari
mabuk Cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman Cinta
dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu
kembali kepada dzikir dan ketaatan, tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan
berbagai ragam kadar yang ada, itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta,
ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah.
Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka dengan matahari ma’rifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah Hizbullah(Pasukan-Pasukan Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang.” (Al-Mujadilah: 22)[bq]
*Sumber: Mata Air. Vol. 24 Tahun 2009. Teladan; Mabuk Cinta. Halaman 13
No comments:
Post a Comment