Pernah suatu kali, saya melihat
seseorang yang memiliki jenggot panjang-seperti jenggot saya-dan orang tersebut
juga memakai jubah dan sebagainya. Ia menjual kacang tanah di sebuah kedai
miliknya. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Berapa harga kacangnya?” maka ia
pun berkata, “Wahai Mufti, ahlan wa sahlan ya Marhabban. Kacang ini begini
begitu dan seterusnya.” Hingga beberapa waktu kemudian datanglah seseorang bertanya
kepada dia mengenai waris. Kemudian penjual kacang tersebut menjawab, namun
jawaban yang ia berikan salah. Dia menjawab di hadapan saya, akhirnya saya pun
mengatakan kepadanya, “Engkau berbicara berkenaan dengan waris sebelum kamu
mempelajarinya terlebih dahulu. Kemarin, saya baru saja mempelajari tentang
waris dalam sebuah kitab, dan semua jawaban yang kamu berikan kepadanya, salah.
Ini adalah hal yang sangat membahayakan, engkau adalah seorang penjual kacang,
kenapa engkau berani berbicara mengenai waris.” Kemudian ia pun mengatakan kepada
saya, ”Saya sebenarnya masih belajar.”
Lihatlah wahai saudaraku, hal
yang semacam ini adalah contoh yang sangat buruk. Sebuah contoh yang tidak
boleh kita tiru dan lakukan. Manusia banyak yang memandang remeh ilmu agama,
dan begitu pula banyak orang yang memandang remeh pada sebagian ilmu tentang
kesehatan tubuh, ilmu kedokteran. Maka, akankah engkau pergi kepada seorang
penjual obat hanya karena seseorang itu boleh melakukan itu kepadamu, yakni membedah
jantungmu atau mengoperasi mata kamu? Sejak zaman dahulu, telah banyak orang-orang
melakukan hal yang seperti ini. Hal yang seperti ini oleh penduduk mesir
dinamakan pengobatan rukka. Apakah pengobatan kepada masyarakat yang dilakukkan
oleh seorang rukka, membuat orang-orang
berfikir bahwa ia adalah seorang dokter ? tidak yakin. Dalam al-Qur’an Allah befirman, “Bertanyalah
kepada ahli dzikir apabila engkau tidak mengetahui.”
Oleh karena itu, janganlah kalian sekali-kali berbicara tentang sesuatu sebelum kalian mempelajarinya terlebih dahulu. Aku menyifatinya
sebagai darah hitam kepada mereka (orang-orang yang berbicara tanpa ilmu) dan
wajib atas diri kita untuk menjauh dari orang-orang yang seperti itu. Selain itu, wajib
bagi diri kita untuk terus memelihara kedekatan dengan para Ulama, wajib bagi
kita menghargai akal, wajib bagi diri kita untuk menghargai Ilmu dan wajib bagi
diri kita untuk menghormati Baginda Nabi Muhammad SAW.
Orang-orang yang berbicara tanpa
di dasari dengan ilmu, maka nasib buruk akan menimpanya. Banyak manusia yang
tidak pernah terlihat dengan penuntut ilmu, banyak manusia yang hanya belajar
di rumah dan belajar tanpa guru hanya mengandalkan buku bacaan ataupun bahkan
tanpa membaca dan juga ilmunya hanya sebagian kecil dari ulama, ia tidak
mendapatkan kuliah dan ujian dari para ulama. Kemudian dia keluar, dan
mengatakan bahwa dirinya seorang syaikh, dia mengaku seorang Syaikh, disebabkan
karena dia suka dengan pujian dan pangkat. Ini agama dan agama seyogyanya kita
harus bertanya kepada para ulama dan bertanya kepada seseorang yang punya adab.
*Ditranskrip oleh santrijagad dari video ceramah Syaikh Ali Jum'ah
No comments:
Post a Comment