Oleh: Ahmad Bahruddin
Jika Anda melihat ada genangan air di halaman rumah saya (desa Kalibening, Tingkir, Salatiga), maka ketahuilah bahwa di bawah genangan tersebut ada sebuah Sumur Resapan dengan kapasitas 24 meter kubik air. Genangan itu pun terjadi hanya sesaat saja, ketika hujan deras. Ketika gerimis, genangan tak akan ada.
Saya sengaja menggali halaman rumah untuk membuat sumur resapan, lalu menutupnya dengan beton cor berlubang. Posisi halaman rumah saya yang lebih rendah dibanding area pekarangan tetangga-tetangga (meliputi 10 rumah, dengan total luas area kira-kira 3000 m2) membuat semua air hujan di atas area itu praktis habis terserap ke sumur tersebut.
Dengan asumsi curah hujan 3000 milimeter (per meter persegi dalam satu musim), maka setidaknya sumur resapan di halaman rumah saya ini mampu memanen air hujan sebanyak 9 juta liter. Itu berarti akan tersimpan 9 juta liter di dalam bumi, tepatnya di bawah pekarangan rumah saya dan sekitar.
Bukankah hal seperti ini adalah rizki yang berkah? Air yang benar-benar menjadi rizki, bukan sebaliknya menjadi (penyumbang) musibah?
Dan secara tak terasa upaya ini menjadi sedekah dua hal: (a) menyuplai air tanah, yang pada tahap selanjutnya akan memenuhi sumber-sumber air di sekitarnya, dan (b) andil mengurangi bencana banjir. Dan keduanya merupakan bentuk sedekah.
Selain itu ada manfaat lain dari sumur resapan, yakni tabungan humus. Baru-baru ini, setelah 2 kali musim hujan, saya memanen humus dari sumur resapan itu. Ketebalan humus di dalamnya mencapai sekitar 1,5 meter, banyak cacingnya.
Jadi, enak sekali punya sumur resapan. Saat penghujan memanen air hujan, kemarau datang memanen tanah humus yang sangat bagus untuk tanaman. Sungguh tidak lengkap sebuah bangunan (kantor, sekolah, perusahaan, ata rumah pribadi) tanpa adanya sumur resapan.
Saya tidak sendirian membuat sumur resapan. Bersama kawan-kawan di organisasi SPPQT (Serikat Paguyuban Tani Qaryah Thayibah) Salatiga, kami telah mencanangkan gerakan mengembalikan air hujan ke bumi dengan membuat sumur-sumur resapan.
Membuat sumur resapan tidak membutuhkan biaya mahal dan tak harus sebesar yang saya buat. Apalagi untuk area rumahan kecil, yang tak lebih dari 100 m2, sumur resapan dengan kapasitas 2 m3 (2 x 1 x 1 m atau 1 x 1 x 2 m) sudah sangat mumpuni. Bahkan bisa digali sendiri. Mungkin lebih pas disebut lubang resapan (tidak sumur).
Keberadaan sumur atau lubang resapan sangatlah penting. Di area tangkapan air hujan, perkebunan, area pemukiman, dan lain-lain sumur resapan ini mutlak diperlukan. Misi utamanya adalah, bagaimana caranya agar semua air hujan bisa mengalir masuk ke sumur-sumur atau lubang-lubang resapan. Seperti wilayah Jakarta, ditaksir butuh 2 juta sumur resapan agar terbebas dari banjir.
Dalam al-Quran sendiri Allah SWT dalam berbagai ayat memberikan penjelasan yang gamblang bahwa semua makhluk hidup di dunia ini sangat bergantung pada air. Di antaranya ayat berikut:
وجعلنا من الماء كل شيء ØÙŠ
"Dan segala sesuatu yang hidup Kami jadikan dari air." (Al-Anbiyaa': 30)
Dan kita semua tahu bahwa tidak mungkin ada sumber atau mata air tanpa adanya hujan. Maka marilah kita jangan menyiakannya. Mari kita panen air hujan dengan menampungnya dalam sumur-sumur dan lubang-lubang resapan. Agar kita bisa menyedekahkannya untuk kehidupan.
Sedekah Dengan Memanen Air Hujan dan Mencegah Banjir
Bagikan Artikel Ini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terpujilah Anda. Terima kasih sudah berbagi pengalaman ini. Jazakallah ahsanal jaza'
ReplyDeleteMasyaAlloh. Inspiratif
ReplyDelete