Puluhan Jamaah Masjid Dibunuh Teroris di Selandia Baru - Santrijagad

Puluhan Jamaah Masjid Dibunuh Teroris di Selandia Baru

Bagikan Artikel Ini
SANTRIJAGAD ~ Terhitung 40 orang jamaah masjid syahid dan puluhan lainnya luka-luka sebab serangan teroris di kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Kejadian ini disebut oleh Perdana Menteri Jacinda Ardern sebagai salah satu hari terkelam dalam sejarah Selandia Baru.

Teroris itu bernama Brenton Tarrant, warga negara Australia berusia 28 tahun yang tinggal di Selandia Baru. Sebelum melakukan aksi biadab itu, dia sempat memuat gambar-gambar senjata api dan 74 halaman manifesto di akun Twitternya. Dia bahkan menayangkan siaran langsung aksi kejinya itu di Facebook

Di dalam rekaman siaran langsung berdurasi 17 menit yang kini sudah dihapus itu, nampak Brenton di dalam mobil. Kemudian tiba di depan masjid, menuju pintu masjid, lalu dan memberondong jamaah di dalam masjid, sambil reload senjata beberapa kali.

Ia kemudian keluar masjid, menembak acak sambil berkata: "Sepertinya hari ini kita tidak dapat burung, Bung!" Kemudian masuk lagi ke dalam masjid untuk memeriksa keadaan dan menembak lagi. Lalu pergi.

Seorang saksi melihat banyak korban bergelimpangan di dalam masjid, ditengarai ada juga anak-anak di antata mereka. Saat itu Masjid An-Nur sedang ramai sebab banyak jamaah menghadiri shalat Jumat.

Di dalam manifesto yang diunggahnya, Brenton menyatakan bahwa ia mengidolakan para penembak massal di Amerika, ia juga aktif menyumbang untuk kelompok supremasi kulit putih. Ia juga melafalkan Empat Belas Kata yang merupakan slogan sangat populer di kalangan supremasi kulit putih;

"We must secure the existence of our people and a future for white children (kita harus menjaga kelangsungan warga kita dan masa depan anak-anak kulit putih kita)."

Di senjata api yang ia gunakan untuk membunuh, Brenton menuliskan nama-nama para penembak massal. Seperti nama Alexandre Bissonette, pelaku penembakan massal yang membunuh 6 orang di sebuah masjid di Quebec, Kanada, pada 2017. Juga nama Luca Traini, ekstrimis sayap kanan yang menembak 6 warga ras Afrika di Itali pada Februari 2018. Dalam aksinya itu, ia juga mengenakan rompi pengaman bergambar roda matahari hitam, simbol yang kerap digunakan para ekstrimis neo-Nazi.

Aksi teror juga terjadi di sebuah masjid di kota Linwood. Seorang saksi asal Palestina menyatakan, "Saya dengar ada tembakan senapan otomatis di dalam masjid. Lalu orang-orang mulai berlarian, beberapa dari mereka berlumuran darah."

Aksi teror semacam ini sangat jarang terjadi di Selandia Baru, sejak diberlakukannya aturan ketat tentang kepemilikan senjata api sejak 1992. Dua tahun setelah terjadinya penembakan terhadap 13 korban di Aramoana oleh seorang pelaku dengan gangguan jiwa. Senapan hanya bisa dimiliki seseorang setelah berusia 16 tahun dan harus melalui kursus keamanan agar mendapatkan ijin kepemilikan senjata api.

Saat ini pihak keamanan setempat masih memburu pelaku teror keji ini. Beberapa ruang publik, utamanya masjid, juga ditutup untuk sementara dan warga diharapkan agar tetap berada di dalam rumah masing-masing.

Sumber: The National, Huffington Post

1 comment: