Zuqaq al-Maulid, tempat kelahiran Nabi (yang dilingkari) di masa Utsmani |
Sepeninggal ‘Aqil, rumah ini diwariskan kepada putranya. Oleh putranya ini, rumah tersebut dijual kepada Muhammad bin Yusuf (saudara al-Hajjaj bin Yusuf). Oleh Muhammad bin Yusuf ini, rumah tersebut diperluas dan kemudian dikenal sebagai Al-Baydha atau Dar Ibnu Yusuf.
Ketika Al-Khayzaran (w.173H), penguasa Abbasiyah yang merupakan ibu dari Khalifah Musa dan Khalifah Harun Al-Rasyid, menziarahi Mekah, ia mengambil alih rumah tersebut dari tangan Muhammad bin Yusuf. Kemudian menjadikan tempat itu sebagai masjid yang kemudian dikenal sebagai Zuqaq al-Mawlid. Maka ramailah tempat ini sebagai salah satu tempat warga Mekah bermunajat kepada Allah. Hal ini juga dicatat oleh Muhammad bin Jarir at-Thabari (w.320H) di dalam karyanya, Taarikh al-Umam wal Muluk.
Abul Abbas al-Azafi, sejarawan abad ke tujuh, menyebutkan di dalam karyanya, Ad-Durr al-Munadzdzam; para peziarah dan pelancong yang dating ke Mekah pada hari kelahiran Nabi (mawlid) menyaksikan bahwa pada hari itu tidak ada aktivitas seperti biasanya, baik jual beli maupun apapun, justru orang-orang nampak ramai menziarahi tempat kelahiran Baginda Nabi dan menyesakinya, pada hari itu pula Ka’bah dibuka dan dapat dimasuki. Demikian terus berlanjut hingga akhir abad ke-14 hijriah di masa kekhilafahan Turki Utsmani. Tentang sejarah ihtifal (perayaan) Mawlid di rumah mulia ini akan kami sajikan dalam artikel lain.
Perkembangan selanjutnya, mulai ada perubahan signifikan setelah terjadinya kudeta yang dilakukan Ibnu Sa’ud dan koalisinya, Ibnu Abdil Wahhab, pada tahun 1920. Pemerintahan baru yang kemudian dikenal sebagai ‘Al-Mamlakah Al-‘Arabiyyah As-Su’udiyyah’ (Kingdom of Saudi Arabia) ini memiliki pandangan keagamaan yang sangat sensitif terhadap berbagai macam petilasan, dan sangat mengkhawatirkan timbulnya syirik (penyekutuan terhadap Tuhan).
Rumah kelahiran Nabi Muhammad hari ini, Maktabah Makkah al-Mukarramah |
No comments:
Post a Comment