Debat Si Kecil Abu Hanifah dan Atheis - Santrijagad

Debat Si Kecil Abu Hanifah dan Atheis

Bagikan Artikel Ini
Konon di masa Imam Abu Hanifah masih kecil, sekitar umur 7 tahun, terdapatlah sekelompok orang atheis atau yang dikenal juga dengan 'dahriyyah'. Mereka tidak mengakui adanya Tuhan, mereka berpendapat bahwa 'masa' adalah qodim (dahulu dan kekal). Mereka juga tidak beriman kepada hari kebangkitan dan berpendapat bahwa hari kebangkitan hanyalah dongeng belaka.
Kaligrafi 'Allah'
Menurut mereka, yang mematikan kita tidak lain hanyalah berlalunya masa (Ad-Dahr), karena itu mereka disebut 'dahriyyah'. Alkisah, seluruh ulama pada waktu itu tak mampu menandingi salah satu pentolan dahriyyah ini dalam debat, terutama dalam bab tauhid karena logika-logikanya yang ia mainkan. Oleh karena dialah yang merasa pintar juga sombong bahkan na’udzubillah akhirnya ia terang-terangan berani mengatakan bahwa Allah itu tidak ada. Sayangnya para ulamapun tak mampu mengalahkan dia dalam berdebat, hingga lantas pada suatu pagi dikumpulkanlah para ulama di suatu majlis milik Syaikh Himad guru Imam Abu Hanifah, dan hari itu Abu Hanifah yang masih kecil hadir di majlis itu. Maka 'Tokoh Dahriyyah' ini naik ke mimbar dan berkata dengan sombongnya.



Tokoh Dahriyah menantang, "Siapakah diantara kalian hai para ulama yang akan sanggup menjawab pertanyaanku?" Sejenak suasana hening, para ulama semua diam, namun tiba-tiba berdirilah Abu Hanifah dan berkata,

Abu Hanifah: "Omongan apa ini ? Maka barang siapa tahu pasti ia akan menjawab pertanyaanmu."

Dahriyyah: "Siapa kamu hai anak ingusan, berani kamu bicara denganku, tidakkah kamu tahu bahwa banyak yang berumur tua, bersorban besar, para pejabat, para pemilik jubah kebesaran mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih ingusan dan kecil badan berani menantangku!"

Abu Hanifah: "Allah tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada pemilik sorban yang besar dan para pejabat, dan para pembesar, tetapi kemuliaan hanya diberikan kepada al-ulama."

Dahriyah: "Apakah kamu akan menjawab pertanyanku?"

Abu Hanifah: "Ya aku akan menjawab pertanyaanmu dengan taufiq Allah."

Dahriyyah: "Apakah Allah itu ada?"
 

Abu Hanifah: "Ya ada."

Dahriyyah: "Di mana Dia?"
 

Abu Hanifah: "Dia, tiada tempat bagi Dia."
 

Dahriyyah: "Bagaimana bisa disebut ada bila Dia tak punya tempat?"

Abu Hanifah: "Dalilnya ada di badan kamu yaitu ruh, saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu ada, maka di mana tempatnya? Di kepalamu, di perutmu atau di kakimu?"

Dahriyah diam seribu bahasa dengan muka malu. Lalu Abu Hanifah minta air susu pada gurunya Syaikh Himad, dan ia bertanya pada Dahriyyah: "Apakah kamu yakin didalam susu ini ada manis?"

Dahriyyah: "Ya saya yakin di susu itu ada manis."
 

Abu Hanifah: "Kalau kamu yakin ada manisnya, saya tanya apakah manisnya ada di bawah, atau
di tengah, atau di atas?"
 

Lagi-lagi Dahriyyah diam dengan rasa malu, lalu Abu Hanifah menjelaskan, "Seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat, maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah tempat di alam ini baik di Arsy atau dunia ini. Lalu Dahriyyah bertanya lagi.

Dahriyyah: "Sebelum Allah itu apa dan setelah Allah itu apa?"
 

Abu Hanifah: "Tidak ada apa-apa sebelum Allah dan sesudah-Nya."
 

Dahriyyah: "Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tak ada apa-apa?"

Abu Hanifah: "Dalilnya ada di jari tangan kamu, apakah sebelum jempol dan apakah setelah kelingking? Dan apakah kamu akan bisa menerangkan jempol duluan atau kelingking duluan? Demikianlah sifat Allah. Ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila semua tiada. Itulah makna kalimat Ada bagi hak Allah."

Lagi-lagi Dahriyyah dipermalukan, lalu ia berkata, "Satu lagi pertanyaanku, yaitu, apa perbuatan Allah sekarang ini?"

Abu Hanifah: "Kamu telah membalikan fakta, seharusnya yang bertanya itu di bawah mimbar dan yang ditanya di atas mimbar." Akhirnya Dahriyyah turun dari mimbar dan Abu Hanifah naik ke atas mimbar.

Dahriyyah: "Apa perbuatan Allah sekarang?"
 

Abu Hanifah: "Perbuatan Allah sekarang adalah menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu ke bawah jurang neraka dan menaikkan yang benar seperti aku ke atas mimbar keagungan." [Zq]

*Sumber: FB Ihsan Ibn Sulaiman

No comments:

Post a Comment