Di sudut pasar Madinah, seorang pengemis Yahudi buta selalu
berseru kepada orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku! Jangan dekati Muhammad! Dia itu orang
gila, pembohong, tukang sihir! Apabila kalian mendekatinya kalian akan
dipengaruhinya."
Namun tanpa dilihatnya, setiap pagi Rasulullah mendatanginya
dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasulullah menyuapkan
makanan yang dibawa kepadanya. Rasulullah melakukan hal ini hingga menjelang beliau
wafat. Setelah itu tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi
kepada si pengemis Yahudi buta.
Suatu hari Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah. Beliau bertanya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku
kerjakan?" Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, "Ayahku, hampir
tidak ada satu sunnahpun yang belum Ayah lakukan. Kecuali satu sunnah saja."
"Apakah itu?" tanya Abu Bakar.
“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,"
ungkap Aisyah. Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk
diberikan kepada si pengemis. Beliau mendatangi pengemis itu dan memberikan
makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah
sambil menghardik,
"Siapakah kamu?!"
"Aku orang yang biasa menyuapimu," jawab Abu
Bakar.
"Bukan! Kau bukan orang yang biasa mendatangiku!"
jawab si pengemis buta itu.
“Bagaimana bisa kau tahu?” tanya Abu Bakar, heran.
“Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu memang selalu menyuapiku. Tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan ini dengan mulutnya, setelah itu baru ia suapkan kepadaku," tutur pengemis itu menjelaskan. Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya.
Ia menangis sambil berkata,
“Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah
salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada.”
“Siapa orang itu?” tanya si pengemis penasaran.
“Ia adalah Muhammad Rasulullah,” jawab Abu Bakar lirih.
Pengemis itu tercengang, ia pun menangis dan berujar, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya,
memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan
membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta itupun bersyahadat di hadapan Abu
Bakar. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa orang mulia yang
dirindukannya, Muhammad, adalah utusan Allah.