Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta - Santrijagad

Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

Bagikan Artikel Ini
Di sudut pasar Madinah, seorang pengemis Yahudi buta selalu berseru kepada orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku! Jangan dekati Muhammad! Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir! Apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya."

Namun tanpa dilihatnya, setiap pagi Rasulullah mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawa kepadanya. Rasulullah melakukan hal ini hingga menjelang beliau wafat. Setelah itu tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada si pengemis Yahudi buta.



Suatu hari Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah. Beliau bertanya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?" Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, "Ayahku, hampir tidak ada satu sunnahpun yang belum Ayah lakukan. Kecuali satu sunnah saja."

"Apakah itu?" tanya Abu Bakar.


“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana," ungkap Aisyah. Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada si pengemis. Beliau mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik,

"Siapakah kamu?!"

"Aku orang yang biasa menyuapimu," jawab Abu Bakar.

"Bukan! Kau bukan orang yang biasa mendatangiku!" jawab si pengemis buta itu.

“Bagaimana bisa kau tahu?” tanya Abu Bakar, heran.


“Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu memang selalu menyuapiku. Tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan ini dengan mulutnya, setelah itu baru ia suapkan kepadaku," tutur pengemis itu menjelaskan. Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. 

Ia menangis sambil berkata,

“Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada.”

“Siapa orang itu?” tanya si pengemis penasaran.

“Ia adalah Muhammad Rasulullah,” jawab Abu Bakar lirih.

Pengemis itu tercengang, ia pun menangis dan berujar, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta itupun bersyahadat di hadapan Abu Bakar. Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa orang mulia yang dirindukannya, Muhammad, adalah utusan Allah.