Oleh: @ziatuwel
Salah satu bukti wujudnya keimanan dan bukti ghirah keislaman adalah rasa tidak suka terhadap praktik kemaksiatan. Serta upaya untuk mencegah perilaku maksiat, entah dengan tindakan, ucapan, ataupun doa.
Demikian pula yang dirasakan dalam hati santri muda asal Kudus ini. Sebagai santri, hatinya tak cocok dengan berbagai kemaksiatan yang berlaku di sekitarnya. Apalagi ia nyantri di kota besar semacam Yogyakarta.
Suatu malam ia datang ke salah satu diskotik. Di sana ia hanya duduk menyendiri di pojokan. Uji mental untuk tidak tergiur dengan segala kemaksiatan. Hatinya mengingkari perbuatan-perbuatan dosa itu, sambil lisannya dengan lirih mewiridkan, "Yaa Haqqu Yaa Wakiil."
Berjam-jam ia duduk di sana sambil wiridan. Lalu dini hari ia pulang. Esoknya ada rasa sesal di hati santri ini. Ia merasa buang-buang waktu, dan apa yang dilakukannya semalam tak ada gunanya. Mending ngaji di pondok. Begitu pikirnya.
Namun ndilalah, malam harinya terjadi baku tembak di diskotik itu. Insiden ini mengakibatkan tempat itu ditutup. Mendengar hal ini tentu saja santri itu girang bukan main.
Santri ini di kemudian hari dikenal sebagai kiai yang sangat produktif menerjemahkan kitab-kitab salaf. Beliaulah almarhum Kiai Ali As'ad, pengasuh Pesantren Nailul Ula Plosokuning, Sleman, Yogyakarta.
Beliau lahir di Kudus, 16 Juli 1952. Kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga pada 1976, sambil nyantri di Pesantren Krapyak asuhan Kiai Ali Maksum. Selama menjadi mahasiswa, beliau juga aktif di berbagai organisasi, seperti GEJARSENA, PMII, IPNU, GP ANSOR, NU, PPP, PKB, MUI dan KNPI.
Selain sibuk berorganisasi, beliau juga aktif mengajar di almamaternya. Baik di Pesantren Krapyak maupun di kampus IAIN Sunan Kalijaga. Ditambah lagi aktivitas beliau di bidang politik, hingga pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Yogyakarta pada tahun 1982-1997 dan menjabat sebagai anggota DPR pada tahun 1982-2004.
Tak cukup sampai di situ, Kiai Ali As'ad juga sangat produktif menulis. Utamanya adalah terjemahan kitab-kitab salaf. Di antara kitab-kitab yang sudah beliau terjemahkan adalah;
1. Alfiyah Ibn Malik (1985)
2. Fathul Mu’in (1979)
3. Ta’limul Muta’alim (1978)
4. Nashaihul Ibad (1983)
5. Al Hikam (2007)
6. Tafsir Jalalain (1986)
7. Fathul Qarib
Selain beberapa kitab terjemahan, Kiai Ali As’ad juga menulis beberapa buku keagamaan, di antaranya;
1. Energi Robbani dalam Tahlilan (2011)
2. Makna Gelar Ngayogyakarta dan Gelar Sri Sultan
3. Al-Qur’an dan maknanya (2001)
4. Tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari.
5. Garis-garis Besar Pembinaan Dunia Islam (1986)
6. Pendidikan Agama Islam untuk SD (1984-1994)
7. Juz ‘Amma dan Maknanya (2011)
8. Aswaja Hadiningrat dan Kaweruh Perlambangan (masih dalam proses).
Betapa komplit keteladanan yang diwariskan Kiai Ali As'ad bagi para santri penerus perjuangan Islam. Karya-karya beliau akan terus menjadi inspirasi, sekaligus amal jariyah yang akan selalu mengalir. Lahu al-Fatihah.
No comments:
Post a Comment