Banyak di antara kita yang mengaku beragama, memeluk agama, bahkan meributkan agama dan melakukan kerusakan atas nama membela agama. Namun apakah kita sudah paham makna 'agama'? Inilah pertanyaan yang patut diajukan bagi siapapun yang mengaku beragama.
Apa itu agama?
Di dalam istilah Arab, agama disebut dengan ‘diin’ yang berarti ‘segala metode yang dipraktikkan untuk menyembah Tuhan yang diyakini’. Kata ‘diin’ mengarah pada kepasrahan, ketergantungan, dan kebersandaran penuh kepada zat yang disembah.
Menariknya, kata ‘diin’ (agama) tersusun dari huruf-huruf yang sama dengan kata ‘dayn’ (utang). Hal ini menyiratkan bahwa ketundukan kita dalam beragama merupakan bentuk kesadaran bahwa kita punya utang kepada Tuhan yang takkan pernah terbayar.
Dari pengertian ini kita bisa memahami bahwa agama bukanlah tujuan. Melainkan cara yang ditempuh untuk menuju tujuan, yakni Tuhan. Tapi bukan berarti agama tidak penting. Justru agama menjadi penting karena ia menjadi jalan yang mengantar hamba menuju Tuhannya.
Setiap pemeluk agama berhak meyakini agamanya sebagai jalan tol menuju Tuhan. Adapun agama yang kita yakini menjadi jalan lurus menuju Tuhan, menjadi kendaraan kokoh yang menjamin keselamatan perjalanan kita di dunia dan akhirat, adalah agama Islam.
Setiap agama memiliki unsur penyusunnya. Baik itu unsur keyakinan atau teologi, unsur peribadatan atau ritual, dan unsur etika atau moral spiritual. Unsur-unsur penyusun inilah yang disebut dengan ‘rukun’, dari bahasa Arab ar-rukn (jamaknya; al-arkaan). Ibarat rumah, ada pondasi, tembok, atap, pintu dan jendela sebagai unsur-unsur penyusunnya.
Begitupun agama Islam, ia punya unsur-unsur penyusun yang harus saling melengkapi. Hilang salah satu, runtuhlah bangunan itu. Unsur-unsur pembangun agama Islam disebutkan secara gamblang dalam satu hadits Rasulullah yang unik. Hadits yang melibatkan kehadiran malaikat Jibril, sehingga masyhur disebut sebagai ‘Hadits Jibril’.
No comments:
Post a Comment