Ketika membicarakan hal yang berkaitan dengan tasawwuf,
mereka berkata, “Kami yakin bahwa hanya guru kami yang benar di dunia ini. Guru
kami adalah wali quthb sepanjang zaman, yang pertama dan yang terakhir.”
Jika memang benar guru kamu itu seorang wali qutub, apakah
dia mengajarkan kamu agar membenci umat islam yang lain ? apakah dia
mengajarkanmu untuk berprasangka buruk kepada mu’min yang lain ? kalau dia
mengajarkanmu hal yang seperti demikian, pasti dia bukan seorang wali qutub.
Melainkan, seorang yang jelek sifatnya. Dan kalau dia tidak mengajarkanmu hal
yang seperti demikian itu, darimana engkau mendapatkan hal yang seperti itu ?
kami tidak pernah mendengar ada seorang Qutub yang mengajarkan hal-hal seperti
itu.
Demi Allah, tidak pernah ada seorang Wali Qutub yang
mengajarkan untuk menjelek-jelekkan orang lain. Tidak pernah ! sejak zaman Nabi
sampai zaman sekarang. Tidak mungkin bisa dibayangkan, kalau ada seorang Wali
Qutub mengajarkan seseorang untuk menjelekkan orang lain. Apakah mungkin dia (Wali Qutub ) mengajarkan
seseorang untuk menjelekkan orang lain ? “Cukuplah (memberatkan) bagi seorang muslim itu melakukan kejahatan
menghina orang lain.” seperti yang ada dalam sebuah hadits. Hal yang seperti
ini adalah sesuatu hal yang berlebih-lebihan.
Memanglah benar, bahwa mereka yang mengikuti jalan (
Tasawwuf ) ini harus menyanjung guru-guru yang membimbing mereka. Bahkan, ada
yang sampai menganggap bahwa guru mereka adalah yang paling mulia diantara
makhluk Allah yang lain. Hal seperti ini tidaklah jadi soal, tetapi untuk
memaksa semua orang islam untuk mempercayai kepercayaan mereka. Hal seperti ini
yang tidak boleh dilakukan.
Apabila kamu menempuh jalan suluk seperi ini, lanjutkanlah
dan perdalam pemahamanmu tentang kehebatan gurumu, sejauhmana kamu mau. Tetapi,
jangan sampai melampaui batas. Dan jangan paksakan orang lain untuk mengikuti
pemahamanmu. Bahkan, seharusnya kamu gembira apabila melihat orang lain
memiliki pemahaman yang baik terhadap guru mereka, sebagaimana pemahamanmu terhadap gurumu. Karena guru-guru adalah
pintu-pintu untuk sampai kepada Allah.
Dan jika berkata
tidak ada guru selain gurumu saja, maka saya tidak tahu siapa yang mengambil
segala kebaikan dan meletakkan kebaikan pada gurumu saja, dan siapa yang
mengatur kekuasaan Allah ? bukanlah seperti itu.
Pernah suatu ketika seorang ahli ibadah dari kalangan bani
israil yang sangat membenci bila ada seorang yang jelek perangai dan sifatnya
berjalan disebelahnya. Berkata dia pada orang itu, “ kenapa kamu mendekatiku ?
kamu itu seorang yang buruk.“ maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi mereka :
“Biarkan mereka mula dari awal, telah aku hapuskan segala
amal-amal si ahli ibadah dan telah ku ampuni segala dosa-dosa si pendosa itu,
maka keduanya sekarang serupa. Kabarkan kepada mereka bahwa mereka kembali ke
awal.”
Kisah kedua, ada seorang ahli ibadah yang menasehati
sahabatnya, “Berhentilah mengikuti jalan yang sesat ini!” “Berhentilah
melakukan kemaksiatan!” ajakan ahli ibadah tersebut tak digubris dan tidak
berhasil. Kemudian, datang temannya tadi menginjak leher ahli ibadah tersebut
ketika dia sedang sujud. Lantas si ahli ibadah tersebut berucap, “ Angkat
kakimu dari leherku, aku bersumpah Allah pasti tidak akan mengampuni dosamu.” Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi
mereka,
“Siapa orang ini ? hingga ia berani membatasi pengampunan-Ku
? apakah aku memberikan kuasa kepada dia ? hanya karena aku izinkan dia beramal
dengan rahmat-Ku, dia berani menganggap dirinya layak membatasi kekuasanku ?
siapa orang angkuh ini ? Beritahukan kepadanya bahwa dialah yang tidak akan aku
ampuni dosa-dosanya bukan orang yang satunya.”
Allah adalah Raja, kerajaan (Langit dan bumi) milik Allah.
Dan segala perintah adalah perintah Allah. Dan walaupun mungkin kamu adalah
seorang yang sholeh bahkan wali sekalipun, hendaklah kamu beradab dan
merendahkan dirimu dihadapan keagungan Allah. Apabila kamu adalah seorang yang
lurus, ketahuilah bahwa Allah akan membela hambanya yang benar dan dengan jalan
yang tak disangka-sangka. Tetapi, seorang yang lurus tidak akan membanggakan
diri sendiri ataupun merasa dirinya sendiri lebih mulia dari hamba-hamba Allah
lainnya. Mereka tidak akan sekalipun ingkar kepada Allah dengan segala karunia
kebaikan, cahaya dan barokah yang telah diberikan kepada mereka.(akhmad syofwandi)
*Ditranskrip oleh Santrijagad dari ceramah Habib Umar bin Hafidz
*Ditranskrip oleh Santrijagad dari ceramah Habib Umar bin Hafidz
No comments:
Post a Comment