OLEH: MUHAMMAD
AINUN NAJIB
Gerhana rembulan hampir total, malam gelap
gulita. Matahari berada satu garis dengan bumi dan rembulan. Cahaya matahari
yang memancar ke rembulan tidak sampai karena ditutupi oleh bumi sehingga bulan
tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi.
Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari
adalah rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan oleh rembulan.
Rembulan adalah para kekasih Allah, para nabi, para rasul, para ulama, para
cerdik-cendikia, para pujangga dan siapapun saja yang memantulan cahaya
matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi.
Karena bumi menutupi cahaya matahari maka
malam gelap gulita dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang
tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas. Orang menyangka kepala
adalah kaki, orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama
lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau bahkan sengaja saling
menjegal satu sama lain. Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang
jelas untuk melangkah akan kemana melangkah dan bagaimana melangkah.
Ilir-ilir, kita memang sudah ngelilir, sudah
bangkit, sudah bangun bahkan kaki kita sudah berlari kesana kemari namun akal
fikiran kita belum, hati nurani kita belum. Kita masih merupakan anak dari orde-orde yang
kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup di dalam darah
dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan cara
mengincarnya untuk kita rampok balik, kita mencerca maling dengan penuh
kedengkian kenapa bukan kita yang maling. Kita mencaci penguasa lalim dengan
berusaha untuk menggantikannya. Kita membenci para pembuat dosa besar dengan
cara setan, yakni dengan cara melarangnya untuk insaf dan bertobat. Kita
memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara meggusur. Kita menolak
pemusnahan dengan cara merancang pemusnahan-pemusnahan. Kita menghujat para
penindas dengan riang gembira sebagaimana cara iblis yakni kita halangi untuk
memperbaiki diri.
Siapakah selain iblis, setan dan dajjal, yang menolak khusnul
khotimah manusia, yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka ke pintu neraka? Sesudah ditindas kita
menyiapkan diri untuk menindas. Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti
memperbudak. Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan
pembaharuan-kebersamaan melainkan asyiknya perpecahan. Yang kita bangun bukan
nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan. Yang kita rintis bukan
cinta dan ketulusan melainkan parasangka dan fitnah. Yang kita perbaharui bukan
penyembuhan luka melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan
perang saudara. Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan untuk memakan
bangkai saudara-saudara kita sendiri.
Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur
cinta,
melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan
iri hati. Pilihanku dan pilihanmu adalah apakah kita akan menjadi bumi yang
akan mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan
mendapatkan cahayanya. Atau kita akan berfungsi menjadi rembulan, kita sorong
diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa apatkan sinar
matahari dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itu kembali ke bumi. []
*Sumber: audio ‘MenyorongRembulan’ Muhammad (Emha) Ainun Najib.
No comments:
Post a Comment