![]() |
Makam Sayyidatina Fatimah |
Lanjutan dari kisah sebelumnya: Bagian 2: Kehidupan Yang Berat
Allah swt memerintahkan Rasul-Nya supaya berhijrah meninggalkan Makkah menuju Madinah. Di Madinah, siti Fatimah tinggal serumah dengan ayahandanya. Sebuah rumah yang sangat sederhana, di tanah islam yang baru. Disana ia menikmati asuhan, perlindungan dan kecintaan ayahandanya.
Allah swt memerintahkan Rasul-Nya supaya berhijrah meninggalkan Makkah menuju Madinah. Di Madinah, siti Fatimah tinggal serumah dengan ayahandanya. Sebuah rumah yang sangat sederhana, di tanah islam yang baru. Disana ia menikmati asuhan, perlindungan dan kecintaan ayahandanya.
Yang disebut “rumah” itu tidak lebih dari beberapa ruangan (kamar)
sederhana menghadap ke halaman masjid. Bagian-bagiannya ada yang terbuat dari
batu-batu bata yang di susun dengan perekat tanah dan ada pula yang terbuat
dari batang serta pelepah kurma. Bagian atapnya terbuat dari pelepah kurma yang tersusun sedemikian rupa.
Adapun tingginya-sebagaiamana yang dikatakan al-Hasan bin ali r.a., “ Ketika
aku masih muda remaja setiap masuk kedalam, aku dapat memegang atapnya”.
Perkakas yang ada di dalamnya sangat sederhana, kasar dan di bawah standar.
Tempat tidur beliau terbuat dari kayu yang diperlunak sedikit dengan “kasur”
terbuat dari serabut (Ijuk) pohon kurma.
Istri ayahandanya, yaitu siti Aisyah sendiri pernah menceritakan
betapa istimewanya hubungan anatara Rasulullah saw dengan putrid kesayangannya
itu. Berkata siti Aisyah “ Aku tak pernah menyaksikan ada orang selain Siti
Fatimah, yang baik waktu berdiri maupun waktu duduk, lebih menyerupai
Rasulullah saw dalam hal ketenangannya, kebaikan perilakunya dan
pembicaraannya. Apabila Siti Fatimah datang kepada Rasulullah saw, beliau
berdiri menyambutnya, kemudian dicium dan dipersilahkan duduk di tempat duduk
Beliau. Apabila Rasulullah saw datang kepada Fatimah, puterinya itu berdiri
dari tempat duduknya kemudian mencium dan mempersilahkan ayahnya untuk duduk di
tempatnya.
Itulah siti Fatimah Azzahra, seorang remaja putrid yang memiliki
kemuliaan, kecantikan, keluhuran dan keanggunan, hidup dibawah naungan langsung
ayahandanya. Semua pandangan mata terarah padanya. Diantara para sahabat
Rasulullah saw banyak yang ingin mendapat keberuntungan menjadi teman hidup
Siti Fatimah, agar memperoleh kemuliaan dari hubungan kekeluargaan dengan
ayahandanya.
Siti Fatimah memang merupakan wanita yang paling tinggi
kemuliannya, agamanya dan kedudukannya. Rasulullah saw sendiri pernah berkata
kepada puterinya: “ Hai Fatimah, sesungguhnya Allah marah karena kemarahanmu
dan Ridho karena keridhoanmu”.
Pada suatu kesempatan beliau member tahu bahwa puterinya itu adalah
wanita yang paling terkemuka dan paling baik. “ Apakah engkau tidak puas
menjadi wanita paling terkemuka di antara semua wanita kaum muslimin atau
wanita yang paling terkemuka di kalangan ummat ini?” Sabda Rasulullah.
Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad saw pernah mengatakan kepada
kaum muslimin bahwa: “ Wanita-wanita penghuni surga yang paling mulia ialah
Khadijah binti Khuwailid, Fatimah Binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah
binti Muzahim, isteri Fir’aun”.
Jadi
kalau Siti Fatimah seorang wanita yang sedemikian tinggi martabat dan
kedudukannya di kalangan keluarga Nubuwah, siapa diantara para sahabat
terkemuka atau kaum Muslimin yang terpandang yang tidak ingin memperoleh kemulian
menjadi teman hidup Siti Fatimah dan menjadi menantu Rasulullah saw? [Ahmad Syofwandi]
Baca kisah selanjutnya, klik Bagian 4: Lamaran Berdatangan
Baca kisah selanjutnya, klik Bagian 4: Lamaran Berdatangan
No comments:
Post a Comment