Suatu hari pondok kedatangan tamu dari Yaman. Pengurus menyambutnya dan mempersilakan untuk beristirahat di kamar tamu. Untuk tamu ulama -terlebih yang datang dari jauh- memang sudah disiapkan tempat khusus berupa kamar untuk bisa sekalian istirahat.
Kang Irfan dan Salman, keduanya bertugas untuk menemani tamu itu dan melayani kebutuhannya. Dengan sigap mereka menyajikan jamuan hidangan berupa makanan ringan dan minuman segar. Setelah semuanya rapi segera mereka mempersilakan hidangan itu untuk dinikmati.
Tamu itu mengambil sepotong roti maryam dan madu. Baru satu santapan, tamu itu menengok Salman yang berada di sisi samping belakangnya.
“Mm... Laban (susu)?” kata tamu itu kepada Salman sambil menggerakkan tangannya memberi isyarat lingkaran.
Salman mengangguk dan segera keluar. Setengah berlari ia menuju dapur untuk mencari sesuatu yang diminta tamu.
Sekembalinya ke kamar tamu Salman membawa sebuah nampan.
“Hadza (ini), Syekh.”
Tamu itu menampakkan raut penuh rasa heran. Kang Irfan yang menyadari adanya kekeliruan segera mendekati tamu itu. Melihat Kang Irfan mendekat, tamu itu mengulangi perkataannya.
“Laban (susu).”
Kang Irfan segera memahami apa yang dikehendaki si tamu. Hanya saja, dia ingin memastikan akan memakai gelas besar atau kecil.
“Mm, kabir am shogir (besar atau kecil), Syekh?"
Tamu itu tersenyum dan melanjutkan menikmati roti maryam dan madunya. Sepertinya ada kekeliruan lagi yang kali ini dilakukan Kang Irfan. []
No comments:
Post a Comment