Sedikit nasehat yang
mudah-mudahan bermanfaat untuk para pemuda dan pemudi. Mereka yang banyak
menuntut ilmu, datang dalam sebuah komunitas dan menjadi kontributor dalam
komunitas tersebut. Nasehat ini khusus menyangkut bagaiamana menjaga kerendahan
hati kalian. Dan khusunya kerendahan hati dalam proses menuntut ilmu. Allah swt
berfirman:
“Dan di atas setiap orang yang
berilmu, ada yang lebih Maha mengetahui.”
Dan tentu yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Allah. Perlu kalian ketahui, sewaktu saya masih muda dan
sewaktu saya mempelajari sesuatu dalam cara berbicara, saya bersama teman-teman
saya pergi mendatangi program-program, kami mempelajari sesuatu, kami
mencatatnya dan kami berfikir bahwa kami tahu sesuatu. Dan dengan itu semua
kami bisa mengajak debat orang lain tentang hal-hal tersebut.
Kalian berbicara dengan seseorang,
“Orang itu tidak mengerti sama sekali, apakah ia tidak tahu hadits ini, ayat
ini, bukti-bukti ini, apa yang ulama itu bilang.” Kalian merasa memilik banyak
sekali dalil, yang kemudian bisa digunakan untuk melemparnya seperti bola
pingpong kepada lawanmu itu. Dan sepertinya kalian mempelajari hal-hal tersebut
hanya untuk mengalahkan seseorang dalam perdebatan dan menunjukkan dalil-dalil
dalam sebuah perdebatan. Hasilnya, ilmu yang kalian dapatkan tidak menambah
kerendahan hati kamu, justru malah menghilangkan kerendahan hati kamu. Dan ini
adalah perilaku orang-orang yang tidak beriman.
Kalian juga harus tahu,
orang-orang tidak beriman memperoleh pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar
yang bisa ditaruh di samping namanya; Doktor, Professor, Phd dan sebagainya.
Dan biasanya mereka menyebutkan gelar mereka terlebih dahulu sebelum mereka
menyebut namanya, hal ini dimaksudkan supaya lawan bicaranya tahu bahwa dia
memiliki pengetahuan yang lebih daripada lawan bicaranya.
Dalam ilmu agama, apabila kalian
semakin tinggi pengetahuannya tentang agama, maka kalian akan semakin rendah
hati. Akan tetapi, jika yang tejadi sebaliknya, semakin tinggi pengetahuan
kalin tentang agama, kemudian semakin sering kalian menghakimi orang lain,
semakin sering menyalahkan orang lain, semakin sering menyesatkan orang lain
dan semacamnya.
Sudah seberapa banyak kalian
telah belajar? sehingga kalian berani berkomentar kepada mereka, berani
berkata ini itu tentang mereka, dan hal ini bukan tentang mereka (orang-orang
yang didebat) saja. Tapi, juga para petinggi di daerah kalian, imam di daerah
kalian. Apabila kalian tidak sepakat dengan apa yang mereka lakukan; pertama,
kalian tidak dalam kapsitas memberi fatwa kepada mereka karena kalian tidak
punya kualifikasi untuk itu.
Saya adalah pelajar pemula, Demi
Allah, saya adalah pelajar pemula dalam mempelajari al-Qur’an. Saya harus
mempelajari 28 sampai 29 tafsir untuk satu ayat al-Qur’an, untuk mendapatkan
pememahaman seseorang akan apa yang ayat tersebut maksudkan. Dan untuk saya
pribadi, ketika membicarakan hadits, saya kunci rapat-rapat mulut saya. Kenapa?
Karena saya sadar, saya tidak punya kualifikasi untuk menjalaskan hal-hal
bekenaan hadist. Disitu banyak sekali ulama yang terlibat, dalam menyimpulkan
sebuah hadits dari Rasulullah saw. Dari masalah isnad, masalah konteks apa yang
hadits sampaikan, masalah bagaiamana hadits ini dipahami oleh Sahabat-Sahabat
Nabi dan sampai masalah bagaimana para pembesar ilmu fiqih (Fuqaha) memahami
hadits tersebut, dalam hal ini terdapat beberapa masalah yang sangat rumit. Dan
untuk kalian yang hanya mengutip dari Kitab Imam Bukhari, kemudian membaca
terjemahan hadits tersebut dan mulai mendebat seseorang. Ini adalah sebuah
tindakan yang menyalahi Sunnah Rasulullah saw. Yang kedua; Kalian bahkan tidak
mengerti bahasanya. Kalian hanya membaca dari terjemahannya, bagaimana mungkin
kalian berani bertindak seperti itu (mendebat orang)?
Seorang pelajar mendatangi Imam
as-Syafi’i Rahimahullah, kemudian berkata, “Kami ingin mempelajari hadits dari
engkau.” Kemudian Imam as-Syafi’i mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya hal yang
paling aku takutkan dari seorang penuntut ilmu adalah seseorang yang bahkan
tidak belajar tentang ilmu bahasa yang benar, pemahaman yang mendalam tentang
susunan bahasa.” Dan siapa yang mengatakan hal ini ? Imam as-Syafi’i, seseorang
yang menghabiskan sepertiga hartanya hanya untuk mempelajari bahasa arab dan
sisa dua pertiga dari hartanya untuk mempelajari Hadits. Dan pada akhirnya
Beliau mengatakan, “Saya berharap menghabiskan dua pertiga harta saya yang saya
gunakan untuk memepalajari hadits, untuk mempelajari bahasa arab.” Begitu
sangat perhatiannya Beliau terhadap
pentingnya mendalami bahasa arab dalam hal ini. Hanya karena kalian mengikuti
dua kursus dari beberapa buku dalam rangka mempelajari bahasa arab dan hanya
karena kalian mengikuti halaqoh mingguan yang membahas tata bahasa arab. Kalian
belum punya kapasitas untuk mengomentari sebuah Hadits, kalian tidak berhak, demikianpun
dengan saya. Hal tersebut merupakan tugas bagi Para Muhaditsun dan para Ulama.
Dan untuk kalian yang hanya
membaca dari artikel-artikel atau tulisan-tulisan, yang bahkan kalian sendiri tidak
memahaminya, kalian tidak memahami istilah-istilah dalam artikel atau tulisan
tersebut, kemudian kalian “memuntahkan” itu semua kepada orang lain. Hal
seperti itu sangat tidak masuk akal, dan sangat menyalahi Sunnah Rasulullah
SAW. Kalian harus sangat berhati-hati ketika berbicara atas nama Rasulullah
SAW. Kalian harus sadar dengan kemampuan kalian! Kalian merasa sudah punya
kemampuan, padahal sebenernya tidak, tidak sama sekali. Rendahkanlah diri
kalian di hadapan Ulama (orang-orang berilmu). “Bertanyalah kalian kepada Ahli
dzikr, apabila kalian tidak mengetahuinya.”
Imam as-Syafi’i mengatakan bahwa
Beliau takut kepada mereka yang menuntut ilmu tapi tidak mengerti tentang
bahasa arab. Dan bahasa arab hanya salah satu syarat dari sekian banyak syarat
yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mempelajari Sunnah Rasulullah. Khusus
ilmu Bahasa arab beliau mengatakan, “Saya khawatir, jika saya mengajarkan
hadits kepadamu, kamu akan menjadi korban dari peringatan Rasululullah SAW,
“Barangsiapa yang sengaja berbohong atas namaku, hendaknya ia persiapkan tempat
duduknya dari api neraka.” Kalimat tersebut beliau katakan kepada orang arab
yang bisa berbahasa arab. Tapi, Imam as-Syafi’i menganggap itu belum cukup dan
beliau tidak mau mengajarinya Hadits.
Dan Pada saat ini, Banyak dari kalian
yang searching di Google sebuah hadits dalam bahasa indonesia (inggris), dan
bahkan kalian tidak tahu hal pertama tentang syarh sebuah hadits dan konteks
sejarahnya. Kalian tidak tahu apa-apa tentang itu, kemudian kalian merasa
pantas berbicara atas nama Sunnah. Ini adalah perilaku yang arogan dan bukan
merupakan pengabdian kepada agama. Jangan bohongi diri kalian sendiri.
*Ditranskrip dari video ceramah Nouman Ali Khan
No comments:
Post a Comment