Oleh : Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Seorang pencari ilmu harus menjadi manusia yang paling menjauhi dari maksiat dan hal-hal yang terlarang. Paling menjaga ibadah Fardhu dan segala perintah. Paling menjaga kedekatan dengan Allah swt. Paling bersegera dalam perbuatan baik dan berpisah dari hal-hal yang mengganggu ibadahnya.
Menjadi orang yang sangat memperhitungkan setiap hela nafasnya, kikir dengan setiap detik waktunya sehingga ia tidak mempergunakan waktunya sedikit atau banyak, kecuali untuk segala hal yang dapat mendekatkan dirinya kepada Tuhannya, dan mendatangkan manfaat baginya kelak ketika Hari Kebangkitan.
Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dengan meresapi maknanya dan mengucapkannya dengan tartil. Ketika membaca firman-Nya hendaknya memenuhi hatinya dengan keagungan pembicaraannya. Jangan membaca seperti bacaan orang-orang yang lalai. Mereka membaca Al-Qur'an dengan bacaan fasih dan suara yang merdu, tetapi hati mereka kosong dari khusyuk dan pengagungan terhadap Allah. Mereka membaca Al-Qur'an seperti ketika diturunkan, dari surat Al-Fatihah hingga akhir surat, tetapi tidak mengetahui makna dari apa yang telah mereka baca dan tidak mengetahui untuk apa Al-Qur'an diturunkan. Jika mereka mengetahui pasti mereka akan mengamalkannya karena ilmu yang sebenarnya adalah pengetahuan yang bermanfaat.
Seseorang yang memiliki Ilmu, tetapi tidak mengamalkannya maka tidak ada perbedaan antara dia dan orang bodoh. Hanya saja ilmu yang tidak diamalkannya kelak akan menjadi bukti bagi Allah untuk mengadzabnya. Dalam keadaan yang seperti ini, seorang yang bodoh lebih baik keadaannya daripada dirinya. Oleh karena itu, dikatakan , " Setiap ilmu yang tidak memberi manfaat bagimu maka kebodohan lebih bermanfaat bagimu daripadanya."
Wahai para pencari ilmu, sediakan waktu untuk melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah waktu menyendiri seorang hamba dengan Tuhannya. Pada saat itu, perbanyaklah permohonan dan Ampunan. Panggillah Tuhanmu dengan lisan yang penuh kehinaan dan dalam keadaan mendesak. Dengan hati yang memastikan puncak ketidakmampuannya dan puncak kepatahhatiannya.
Hati-hatilah dari meninggalkan bangun malam, janganlah datang waktu menjelang subuh, kecuali engkau sudah dalam keadaan terbangun dan berdzikir kepada Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi. [ Akhmad Syofwandi ]
*Sumber : Buku Jalan menuju taqwa terjemah dari Kitab Adab Suluk al-murid karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad
*
No comments:
Post a Comment