Muhammad Khoyro Kholqi-Llaah |
Syaikh Hasib al-Uskudari (w. 1200 H) menulis 1.032 bait syair dalam karyanya, Durrat al-Asma, yang berisi puji-pujian terhadap Rasulullah dan nama-nama mulia beliau. Dan yang paling populer, tentu saja adalah Dalail al-Khayrat karya Syaikh Sulaiman al-Jazuli yang berisi Asmaul Husna, kumpulan shalawat, serta 201 nama Nabi Muhammad saw.
Lalu dari mana nama-nama beliau ini muncul? Tentu saja nama-nama tersebut berasal dari riwayat-riwayat terdahulu, baik yang masyhur maupun tidak. Beberapa nama beliau memang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits, ada yang termuat dalam kitab-kitab dan shuhuf lama, ada pula nama-nama yang dinisbatkan kepada Asmaul Husna, atau juga nama-nama yang disandang oleh para nabi yang lain. Klasifikasinya bisa dilihat sebagai berikut;
Nama-nama yang disebutkan di dalam Al-Qur’an: Ahmad, Amin, Bashir, Burhan, Khatem, Dai, Rauf, Rahim, Rasul al-Rahmah, Siraj, Munir, Sirat al-Mustaqim, Ta-Ha, Ya-Sin, Ha-Mim, Abd, ‘Urvah al-Wusqa, Qadam al-Sidq, Muhammad, Muddaththir, Muzammil, Mustafa, Mujtaba, Nabi al-Ummi, Nadhir, Ni'matullah, Hâdî.
Nama-nama yang disebutkan dalam kitab-kitab suci lain: Di dalam Injil atau Gospel: Ahmad, Baraklit (atau Faraklit), Hura, Hanbata, Ruh al-Haq, Ruh al-Quds, Sahib al-Kadib, Sali ibn al-Na'layn. Di dalam Taurat: Ahyad, Bidbid, Dahuk, Mutawakkil, Mukhtar, Midmid. Di dalam Zabur atau Psalm: Iklil, Jabbar, Hamyata, Hathat, Qayyim, Nura, Muqim al-Sunna. Di dalam shuhuf: Ahunah, Tabtab, Mushaffih, Ajir, Hatam, Mazmaz, Bu-dha, Munhaminna.
Nama-nama yang disebutkan di dalam berbagai hadits: Ahmad, Ahyad, Amin, Imam al-Muttaqin, Hashir, Habibullah, Rakib al-Buraq, Rasul al-Rahmah, Rasul al-Raha, Rasul al-Malahim, Sayyid al-Mursalin, Sayyid Walad Adam, Sabik, Shaff, Shafi', Mushaffa, Sahib al-Khatam, Ta-Ha, Dhahir, Akib, Abdullah, Qaid al-Ghurr al-mhajjalin, Qusham, Mahi, Muhammad, Muddaththir, Muzammil, Muktafi, Muqaffa, Nabi al-Tawba, Nabi al-Rahmah, Nabi al-Malhamah, Ya-Sin.
Nama-nama yang sesuai dengan Asmaul Husna: Awwal, Akhir, Jabbar, Hamid, Haq, Habir, Ra'uf, Rahim, Shahid, Shahid, Shakur, Sadik, Aziz, Azim, Afuw, Alim, Fattah, Quddus, Qawi, Zu-Quwwa, Karim, Akram, Mubashshir, Mubin, Mahmud, Mu'min, Muhaymin, Nur, Wali, Mawla, Hadi.
Nama-nama yang juga disandang para nabi lain: nama-nama khusus Nabi Muhammad seperti Ahmad, Muhammad, Akib, Hashir, Muqaffa, Nabi al-Malhama hanya disandang beliau. Adapun nama-nama yang juga disandang para nabi lain adalah: Rasul-Allah (utusan Allah), Nabi-Allah (nabi Allah), Abdullah (hamba Allah), Shahid, Mubashshir, Nazir, Nabi al-Rahmah, Nabi al-Tawba. Dalam hal ini, julukan Nabi Adam; Safiy-Allah, julukan Nabi Ibrahim; Khalil-Allah, Julukan Nabi Isa; Kalim-Allah, julukan Nabi Isa; Ruh al-Quds; juga julukan sahabat Ali; Murtadha dan Mujtaba; serta julukan ulama besar Imam al-Ghazali, Hujjat al-Islam, juga menjadi nama bagi Nabi Muhammad berdasarkan pada maknanya.
Ada juga nama-nama unik (hanya disandang) bagi Nabi Muhammad, yang disebutkan dalam karya-karya para ulama. Yakni Fakhr al-Kainat, Fahr al-‘Alam, Mafhar al-‘Alam, Abu al-Mu'minin, Khayr al-Mursalin, Kanz al-Shafaat, Mahbub al-Haq, Muin al-Bashar, Rasul al-Saqalayn, Sayyid al-Sadat, Sayyid al-Mursalin, Sultan al-Anbiya, Zain al-Anbiya, Ashfa al-Ashfiya, Atqa al-Atqiya.
Nama-nama khusus itu semua disandangkan oleh para ulama berdasarkan kedudukan luhur Baginda Nabi Muhammad. Termasuk dalam hal ini adalah nama-nama beliau yang diibaratkan dengan alam semesta. Tentu hal ini didasari rasa sastra. Semisal: mentari, rembulan, samudera, mutiara, mawar, bintang, dan sebagainya. Kata-kata benda yang serba indah ini ditautkan dengan kata lain yang menunjukkan julukan mulia. Contohnya; Mah al-Burj al-Fadhayil, Badr al-Duja, Mah al-Munir, Sadr al-Badr al-Kainat, Ayna al-Azal, Mir'at al-Huda, Jawhar al-Zat, Durra al-Baydha, Durr al-Yatim, Shams al-Kawnayn, Shams al-Subhan, Afitab al-Awj al-Din, Nayyir al-A’dzam, Sahab al-Rahmah, Tabib al-Maridh al-Isyan, dan sebagainya.
Berdasarkan nama-nama tersebut juga bisa disandangkan untuk anak-anak kaum muslimin sebagai satu bentuk tafa’ul dan tabarruk, tentu harus memilih nama yang berlaku umum, bukan yang bermakna khusus semisal ‘Rasul Allah’. Tak lengkap jika setelah menyebut nama-nama dan julukan Baginda Nabi Muhammad, kita tak menghaturkan shalawat bagi beliau. Sholluu ‘ala al-Habiib! Allaahumma sholli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. [Zq]
*Ditulis oleh: Amina Yeniterzi, PHD. dalam lastprophet.info. Terjemah: Zia.
No comments:
Post a Comment