Hendaknya kita perkuat hubungan kita, di antara Ahlissunnah wal Jama’ah, agar selalu berkiblat kepada Nabi Muhammad saw. dan orang-orang setelah beliau yang bersambung kepada beliau. Dan mazhab yang dibawa ke Indonesia ini, yang di bawa oleh para auliya dan juga para ulama, adalah dengan perantara akidah yang kuat. Ada tiga perkara yang harus kita perhatikan dalam akidah tersebut;
Habib Abu Bakr al-Masyhur |
Kedua, hal yang diperhatikan oleh Ahlussunnah wal Jama’ah adalah ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang diisyaratkan dalam hadits Nabi Muhammad dengan ‘ihsan’. Yakni hendaknya kalian menyembah Allah seakan-akan kalian melihat-Nya, jika kalian tidak melihat Allah maka sesungguhnya Allah melihatmu.
Saat ini ahli tasawuf dan juga ilmu tasawuf sangat terancam karena banyak yang mengatasnamakan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dari golongan lain. Dan hendaknya kita yang bersandar kepada ilmu tasawuf, mau memperbaiki kesalahan pribadi kita, sehingga tidak membuat kesalahan yang disebarkan oleh orang-orang awam atas nama tauhid. Dan juga kita melihat bagaimana orang-orang awam mendatangi para ulama, serta mendatangi kubur mereka, tapi tidak mengerti cara melakukan hal hal yang benar sesuai dengan tasawuf.
Maka dari itu hendaknya kita memperbaiki diri kita, sehingga kita bisa menjadi tameng untuk diri kita, untuk akidah kita, untuk tasawuf kita. Sehingga kembalilah orang-orang awam kepada cara-cara yang dibenarkan oleh tasawuf.
Banyak di antara orang-orang Islam yang bukan dari kalangan ulama mengkafirkan sebagian orang-orang Islam lainnya sebab ziarah kubur. Ini disebabkan apa yang kita lakukan, dan ini semua karena kesalahan kita. Hal ini akan memperpecah akidah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Hendaknya yang terpenting bagi kita adalah membenahi kesalahan-kesalahan yang telah terjadi, sehingga kita selalu dalam khusnudzan. Di sisi lain, kita tidak pernah menerima pengkafiran, pembid’ahan, atau pensyirikan kepada siapapun, karena hal ini adalah berlebihan dan sungguh tidak benar dalam akidah kita.
Ketiga, pegangan Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mencintai keluarga Nabi Muhammad radhialahuanhum wa ardhahum. Dan mencintai Ahlulbait adalah bagian dari syari’at Allah, karena mencintai nabi Muhammad. Namun dalam batasan syari’at hendaknya orang tersebut tidak mencaci muslimin dan juga tidak menghalalkan darah kaum muslimin. Jika ada orang yang mengaku cinta kepada Ahlulbait namun mereka mencaci kaum muslimin atau menghalalkan darah orang muslimin maka dia tetap dalam agamanya, namun dia telah keluar dari tata syari’at Nabi Muhammad.
Kita yang berpedomankan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah hendakya memperbaiki apa-apa yang menjadi kesalahan kita, baik dari segi cinta kepada keluarga Nabi Muhammad, baik dari segi ilmu tasawuf atupun dari mazhabiyah yang kita anut. Maka hendaknya kita berdakwah di jalan Allah dengan hikmah dan mau’idzah hasanah, baik kepada mereka yang dari ruang lingkup Ahlussunnah wal Jama’ah maupun yang di luar lingkup Ahlussunnah wal Jama’ah.
Berdakwah dengan kalimat yang sama, karena tujuan kita satu yaitu mengikuti Kitab Allah dan Sunnah Nabi Muhammad. Hal-hal semacam ini tidak akan terlaksana kecuali bila mana kita meneladani Baginda Nabi Muhammad, sehingga kita akan terhindar dari segala kejelekan, dari mencaci, dan dari menghalalkan darah. [Zq]
*Sumber: transkrip tausiyah Habib Abu Bakr al-Masyhur di Majelis Rasulullah, Masjid al-Munawwar Pancoran, Jakarta Selatan (www.majelisrasulullah.org)
No comments:
Post a Comment