Pesan Damai dari Konferensi Ulama Internasional - Santrijagad

Pesan Damai dari Konferensi Ulama Internasional

Bagikan Artikel Ini
Konferensi Ulama tingkat dunia

SANTRIJAGAD - Pada 29-30 Maret lalu digelar hajatan besar di Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Dalam rangka memperingati usianya yang menginjak satu abad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo mengadakan Konferensi Internasional yang dihadiri para ulama dari berbagai negara.

Para ulama Timur Tengah yang hadir di antaranya; Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Syria), Syaikh Abdul Karim ad-Dibbaghi (Aljazair), Syaikh Mahdi bin Ahmad as-Shumaidai (Mufti Irak), Syaikh Amr Syakir (Irak), Syaikh Muhammad Jabr al-Mannai (Qatar), Syaikh Khalid Shahin al-Ghanim (Qatar), Syaikh Hammad Jasm Nashir (Irak), Syaikh Mundzir Ismail Dakhil (Irak), dan Syaikh Ismail Sulaiman (Irak).

Beberapa kesimpulan dalam konferensi ini adalah pesan damai yang harus ditebarkan kaum muslimin ke seluruh dunia. Sekretaris Jenderal Konferensi, KH. Hasyim Muzadi, mengatakan bahwa radikalisme dan terorisme harus dilawan karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ia pun mengkritik cara pemerintah yang hanya mengutamakan menangkap para teroris, sementara deradikalisasi dinomorduakan.

“Saat ini perlu disambungkan pemikiran moderat itu untuk seluruh dunia bukan hanya di Indonesia, karena negara-negara Islam juga banyak terkena penyakit radikalisme dan terorisme sehingga membuat perpecahan di kalangan negara Islam itu sendiri. Sebenarnya radikalisme dan terorisme itu baru ada di Indonesia 12 tahun belakangan ini. Sebelumnya tidak pernah ada,” kata beliau.


Syaikh Wahbah az-Zuhaili menyatakan bahwa upaya pendirian khilafah Islam dan negara Islam hanya didengungkan oleh mereka yang tidak mengerti Islam. Gerakan ini kerap memicu kekerasan dan konflik di tengah umat. Gerakan ini hanya didukung oleh kelompok ekstremis. Upaya pendirian khilafah Islam lahirkan banyak teroris.

Indikasi Islam ekstrem adalah kelompok yang meyakini dirinya sebagai satu-satunya kebenaran. Meyakini cara yang ia tempuh sebagai agama, bukan lagi sekedar teori pemahaman. Sementara nilai-nilai yang harus dipedomani umat Islam adalah nilai-nilai moderat al-Quran dan keislaman, bukan nilai-nilai kemanusiaan murni. Karena nilai kemanusiaan murni hanya lahir dan dibawa oleh misi dari sisa-sisa Perang Salib.

KH. Lutfi Bashori yang didaulat membacakan hasil rekomendasi diskusi hari pertama konferensi, mengemukakan bahwa para ulama dari berbagai negara menyepakati agar mewaspadai berbagai faham dan gerakan yang jauh dari Islam moderat. Umat Islam juga harus mewaspadai faham maupun gerakan yang jauh dari ajaran Islam yang ramah. Kelompok ini sebagai kalangan ekstrem yang sering menggunakan kekerasan dalam menyampaikan pendapat dan gagasan.

Selain pemerintah, umat Islam juga diharapkan mewaspadai aliran-aliran lain yang cenderung ekstrem karena akan mencederai Islam yang “rahmatan lil ‘alamin” (menjadi rahmat bagi seluruh alam). Para ulama menyepakati agar umat Islam tidak tergoda dengan pandangan Barat yang mengusung liberalisme sehingga cenderung mencampuradukkan ajaran dan pesan agama. Kami sepakat dan kukuh dengan pandangan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan juga seperti pandangan dari Pesantren Salafiyah Syafi’iyah ini yang membawa Islam yang ramah. Apa yang telah disampaikan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sebagai manifestasi dari Islam yang dulunya dibawa oleh Walisongo.


Konferensi ulama tingkat dunia itu diprakarsai mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi. Dalam jadwal, kegiatan tersebut digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu ini. Terlihat, ratusan ulama dan kiai hadir sebagai peserta dalam konferensi ini. KH. Hasyim Muzadi menegaskan, konferensi tersebut membahas banyak hal terkait masalah dalam negeri dan luar negeri. Untuk dalam negeri, terkait perang di sejumlah negara Timur Tengah dan kondisi Indonesia pasca reformasi. Beliau berharap konferensi itu menghasilkan konsep perdamaian di berbagai belahan dunia.[]

*Sumber: Muslimedianews.com