Maulana Wahiduddin Khan: Belajar Bela Diri dari Alam Liar - Santrijagad

Maulana Wahiduddin Khan: Belajar Bela Diri dari Alam Liar

Bagikan Artikel Ini
Oleh: Maulana Wahiduddin Khan – India


Binatang menghadapi dua tantangan besar dalam hidupnya; mencari makanan dan mempertahankan diri. Mereka memiliki musuh alamiah dalam dunia hewan, maka mereka harus menyusun siasat untuk melindungi dirinya masing-masing. Metode yang binatang praktekkan adalah pelajaran langsung dari Tuhan. Di alam, mereka belajar dan berlatih secara mandiri sesuai dengan aturan-aturan alamiah ketetapan Tuhan.

Maulana Wahiduddin Khan
Gajah dan harimau termasuk dalam golongan mamalia besar. Jika keduanya bertarung, kemungkinan besar dua-duanya mati. Maka keduanya berupaya untuk saling menjauhi agar tidak bersinggungan, sangat jarang kita temukan dua jenis hewan ini berseteru. Pertarungan tanpa ada potensi kekuatan hanya akan berujung pada kehancuran, gajah dan harimau paham akan hal ini.

Begitu pula banteng. Jika dua ekor banteng beradu, sangat jarang salah satu dari mereka dapat menghabisi musuhnya. Uniknya, para banteng memiliki cara ampuh untuk menghindari pertarungan percuma semacam itu. Yakni dengan menandai daerah kekuasaan. Ketika dua banteng memasuki satu wilayah teritori, maka keduanya beradu tanduk untuk memperebutkan daerah kekuasaan, itupun sangat jarang terjadi. Setelah pertarungan simbolis itu usai, keduanya mundur untuk menyusur pembagian wilayah yang sudah ‘disepakati’.

Adapula tingkah laku unik beberapa jenis serangga. Ia bisa seketika menggulung dan membeku untuk melindungi diri dari musuh. Ketika ia merasakan kehadiran musuh dan tak mungkin kabur, maka ia diam tak bergerak agar mengesankan bahwa ia sudah mati lalu diabaikan. Ketika si musuh berlalu, ia pun kembali bergerak dan kabur.

Hewan-hewan yang tinggal di dalam lubang sangat terancam ketika diburu musuhnya. Keadaan lubang yang begitu sempit membuat mereka tak bisa kabur dengan leluasa. Solusinya, mereka membuat semacam ‘lorong rahasia’ yang bisa digunakan sewaktu-waktu dalam keadaan darurat. Ketika musuh datang melalui lubang utama alias pintu depan, mereka akan kabur melalui ‘lorong rahasia’ menuju ‘ruangan’ lain yang lebih aman.

Cara mengerikan kadang juga digunakan oleh serangga. Ada suatu jenis serangga yang teramat kecil melumpuhkan musuhnya dengan cara unik. Ia menempel di badan musuh menyuntiknya dengan ribuan telur ke dalam tubuh musuhnya itu. Telur-telur dalam periode yang sangat cepat berkembang menjadi larva, mendesak keluar dari kurungan yang merupakan badan musuh. Ini jelas mengakibatkan rasa sakit luar biasa bagi si musuh, lalu ia mati dan tubuhnya hancur.

Cara-cara unik dalam hal perlindungan diri ini mengandung banyak pelajaran yang alam hidangkan bagi manusia. Cara terbaik bagi seseorang ketika berseteru dengan pihak lain adalah dengan menghindari bentrok secara langsung. Orang tersebut harus berupaya jangan sampai pesaing terpancing sebab tingkah agresifnya. Ketika cekcok tak bisa dihindari, sebaiknya ia diam dalam rangka meredam konfrontasi.


Atau mungkin seseorang bisa menandai wilayah teritori –baik fisik maupun nonfisik- dengan hati-hati agar jangan sampai mengganggu dan diganggu. Kalaupun seumpama kondisi memaksa terjadinya perseteruan, maka cara terbaik adalah dengan memasukkan ‘sesuatu’ ke dalam ‘tubuh’ musuh agar dia jatuh dengan sendirinya.

Binatang tidak menemukan metode-metode tersebut dengan sendirinya. Mereka dididik langsung oleh Tuhan. Bukan bentuk keliaran, melainkan suatu tingkah laku yang tertata rapi. Mereka mengajarkan pada manusia bahwa bentrok tak penting memang harus dihindari. Energi yang ada sebaiknya fokus digunakan untuk mengembangkan diri.

Beberapa hewan ada yang sibuk membangun sarang, adapula yang sibuk merayu pasangan, adapula yang sibuk mengasuh keturunan, adapula yang sibuk mengumpulkan makanan, bahkan adapula yang tenang-tenang saja. Para predator pun berburu ketika dia lapar dan memang butuh makanan.

Dalam aktivitas-aktivitas ini, kadang mereka diharuskan bentrok dengan hewan lainnya. Pertarungan hanya akan mengganggu aktivitas mereka, makanya semua hewan berupaya menghindari bentrok langsung dengan musuhnya, kecuali jika keadaan begitu mendesak. Demi menyelesaikan tugas kesehariannya, binatang dengan instingnya menghindari konflik tak bermutu.

Di bawah kendali insting alami, binatang menggunakan pendekatan yang bijak ketika berhadapan dengan saingannya. Maka manusiapun semestinya bisa menggunakan pendekatan serupa, tentunya di bawah kendali nalar dan kesadaran manusiawi. []

*Sumber: Buku ‘The Solution Lies Here’

No comments:

Post a Comment