Oleh: Gus Muhammad Ismail Amin Kholil, Bangkalan
Imam Abdul Wahhab as-Sya'roni berpendapat bahwa, "Seseorang tidak bisa dinamakan manusia yang sesungguhnya kecuali jika ia turut bersedih, berduka cita dan bersimpati kepada semua golongan manusia atas musibah dan bala' yang dialami oleh mereka. Karena kemanusiaan itu erat dan satu, kebaikan dinikmati bersama, sakit dan duka juga dipikul bersama. Maka seseorang yang dengan santai tertawa, bersenang-senang dengan istri atau bahkan pergi jalan-jalan ke tempat wisata tatkala merambahnya musibah dan bala', maka ia dan binatang adalah sama."
Banyak saudara muslim kita yang kehilangan nurani dan rasa kemanusiaannya di awal merebaknya Virus Corona. Alih-alih bersimpati dan berduka, mereka justru bertakbir dan bersuka cita. Tatkala Virus Corona pertama kali muncul di China, banyak dari mereka bersorak gembira, mereka berkata;
"Allahu Akbar! Rasain itu tentara Allah yang dikirim untuk membalas dendam atas apa yang kalian perbuat kepada Ummat Islam Uighur!"
Toh padahal kebanyakan korban yang terjangkit virus adalah warga sipil yang tak tahu menahu dan tak ikut-ikutan konflik di sana. Habib Ali al-Jufri ketika itu bahkan sampai berkomentar bahwa rasa gembira, tidak simpati atau bahkan nyinyir atas apa yang dialami para korban virus Corona di China adalah tindakan diskriminatif yang tidak ada kaitannya dengan agama, moral dan kemanusiaan.
Ketika virus mulai masuk dan menyebar luas di Iran, mereka semakin menjadi-jadi, dengan pongah mereka berkata;
"Mampus kalian orang-orang Syiah! Itu adalah Adzab yang dikirim Allah untuk kalian!"
Ketika virus mulai menyebar di Negara-negara Islam termasuk Saudi, suara-suara itu perlahan mulai terdengar lirih. Ketika Virus mulai masuk ke Indonesia, negara mereka sendiri, suara-suara kepongahan itu nyaris tidak terdengar lagi, meskipun masih ada sebagian orang yang masih menemukan target untuk dikambinghitamkan. Katanya;
"Ini gara-gara rezim zalim! Ini gara-gara pemerintah yang korup! Bla-bla-bla.."
Tidak ada yang rela menyalahkan diri mereka sendiri seperti yang diperbuat ulama kita dulu tatkala bala' dan wabah menyebar dimana-mana. Saya seringkali mendengar Habib Umar bin Hafizh bercerita tentang seorang ulama -kalau tak salah namanya Yusuf Bin Asbat.
Tatkala itu terjadi paceklik berkepanjangan di desanya. Karena terkenal sebagai sosok yang alim dan zuhud, orang-orang mendatanginya untuk meminta doa agar Allah segera menurunkan hujan. Namun ia malah menangis dan berkata;
"Aku takut jika aku yang berdoa, bukannya hujan air, malah hujan batu yang akan turun atas kalian sebab diriku yang pendosa ini," jawabnya.
Di malam harinya salah satu penduduk desanya bermimpi mendengar sebuah panggilan;
"Sesungguhnya Allah akan mengangkat bencana ini karena barokah Yusuf bin Asbat."
Ada juga seorang ulama yang bernama Atho' As-Salimi. Bisa dibuka dalam kitab Tanbihul Mughtarrin karya Al-Imam As-Sya'rani Hal 57. Beliau ini jika terjadi bencana alam di desanya, ia akan mendadak demam, wajahnya pucat pasi, ia lalu berkata :
هذا بذنوب عطاء لو أنه خرج من بلادهم لماخرج عليهم البلاء لولا عطاء لاستراح الناس
"ini semua gara-gara dosaku, jika aku keluar dari desa ini, maka tak akan ada bencana yang menimpa mereka. (Kasihan mereka) jika aku tidak hidup di desa mereka, maka mereka akan hidup tenang tanpa bencana."
Rasulullah sendiri ketika beliau dipersekusi di Thaif, beliau dihina, dicaci, dilempari batu sampai kedua kakinya bermandikan darah, beliau menunduk menangis dan mulai berdoa dan mengadu, tapi bukan kejahilan dan kezaliman penduduk Thaif yang beliau adukan dan keluhkan, Rasulullah malah berkata;
" اللهم إني اشكو اليك ضعف قوتي و قلة حيلتي و هواني على الناس و على المخلوقين .. "
"Ya Allah, aku mengeluhkan padamu kelemahanku, ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di hadapan mahluk-mahlukmu."
Kalian tahu ada satu sosok dalam Al-Quran yang suka menuduh orang/golongan lain sebagai biang turunnnya bala' dan musibah? Orang itu bernama Fir'aun;
فإذا جاءتهم الحسنة قالوا لنا هذه و إن تصبهم سيئة يطيروا بموسى و من معه
Dalam Kitab-kitab tafsir disebutkan :
فإذا جاءت آل فرعون العافية والخصب والرخاء وكثرة الثمار, ورأوا ما يحبون في دنياهم (قالوا لنا هذه)، نحن أولى بها (وإن تصبهم سيئة)، يعني جدوب وقحوط وبلاء (يطيروا بموسى ومن معه) يتشاءموا ويقولوا : ذهبت حظوظنا وأنصباؤنا من الرخاء والخصب والعافية مذ جاءنا موسى
"Fir'aun dan pengikutnya, ketika mereka diberi kesehatan, kemakmuran, tanah-tanah subur, pohon-pohon berbuah lebat, mereka berkata: kami berhak mendapatkan semua ini, ini semua karena barokah kami. Namun jika datang bencana dan musibah, tanah-tanah kering, hujan tidak turun mereka akan berkata: ini semua gara-gara Musa dan pengikutnya."
Mari sama-sama merenung dan berpikir. Daripada mengkambinghitamkan individu atau golongan lain, belajarlah mencurigai diri kita sendiri. Jangan-jangan penyebab utama turunnya wabah ini adalah nurani dan kemanusiaan yang tanpa kita sadari mulai hilang perlahan dari hati kita.
Bangkalan, 21 Maret, 2020
Wabah Corona dan Krisis Kemanusiaan
Bagikan Artikel Ini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment