RISALAH SARANG
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta.” (QS. al-Anbiya’: 107).
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ
وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ
السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. al-Hujurat: 6).
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ
أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ
ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
إن الله لم يبعثني معنتا ولا متعنتا ولكن بعثني معلما ميسرا
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim).
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” (HR. Al-Baihaqi)
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ، ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ
“Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu.” (HR. At-Tirmidzi)
فَاالتَّفَرُقُ سَبَبُ الضُعْفِ
وَالجِذْلاَنِ وَالفَصْلِ فِي جَمِيْعِ الأَزْماَنِ. بَلْ هُوَ مَجْلَبَةُ
الفَسَادِ وَمَطِيَّةُ الكَسَادِ وَدَعِيَّةُ الخَرَبِ والدِّمَارِ،
وَدَاهِيَةُ العَارِ
وَالسَّتَّارِ. فَكَمْ مِنْ عَا ئِلاَتٍ كَبِيْرَةٍ
كَانَتْ فِي رَغَدٍ مِنَ الغَيْشِ وَبُيُوْتٍ كَثِيْرَةٍ كَانَتْ أهِلَةً
بِأَهْلِهَا حَتَّى إِذَا دَبَّتْ فِيْهِم عَقَارِبُ التَّنَزُعِ وَسَرَى
سُمُّهَا فِي قُلُوْبِهِم، وَأَخَذَ مِنْهُمُ الشَيْطَانُ مَأْخَذَهُ
تَفَرَّقُوْا شَذَرَ مَذَرَ فَأَصْبَحَتْ بُيُوْتَهُمْ خَاوِيَةً عَلَى
عُرُوْسِهَا
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة محمد هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة محمد هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
“Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga-keluarga besar, semula hidup dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka dan setan pun melakukan perannya, mereka kocar-kacir tak karuan. Dan rumah-rumah mereka runtuh berantakan.” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)
Bismillahirrahmanirrahim
1. Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI serta
keberadaannya tidak dapat bisa dipisahkan dari keberadaan NKRI itu
sendiri. Nahdlatul Ulama mengajak seluruh ummat Islam dan bangsa
Indonesia untuk senantiasa mengedepankan pemeliharaan negara dengan
menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah.
Toleransi, demokrasi dan terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi
kehidupan masyarakat harus terus diperjuangkan bukan hanya demi
keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
di Indonesia ini saja tetapi juga sebagai inspirasi bagi dunia menuju
solusi masalah-masalah peradaban yang dihadapi dewasa ini.
2.
Lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan ekonomi merupakan sumber-sumber
utama kegelisahan masyarakat selain masalah-masalah sosial seperti
budaya korupsi, rendahnya mutu pendidikan dan sumberdaya manusia,
meningkatnya kekerasan dan kemerosotan moral secara umum. Pemerintah
diimbau agar menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih efektif untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut termasuk dengan menerapkan
kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada yang lemah (affirmatif)
seperti reformasi agraria, pajak progresif, pengembangan strategi
pembangunan ekonomi yang lebih menjamin pemerataan serta pembangunan
hukum kearah penegakan hukum yang lebih tegas dan adil dengan tetap
menjaga prinsip praduga tak bersalah dalam berbagai kasus yang muncul.
Penyelenggaraan negara oleh pemerintah dan unsur-unsur lainnya harus
senantiasa selaras dengan tujuan mewujudkan maslahat bagi seluruh rakyat
(tasharraful imam manuthun bi mashlahatirra'iyyah).
3.
Perkembangan teknologi informasi, termasuk internet dan media-media
sosial, serta peningkatan penggunaannya oleh masyarakat membawa berbagai
manfaat seperti sebagai sarana silaturahmi nasyrul ilmi, ta'awwun 'alal
birri dan sebagainya, tetapi juga mendatangkan dampak-dampak negatif
seperti cepatnya penyebaran fitnah dan seruan-seruan kebencian,
propaganda radikalisme, pornografi, dan hal-hal lain yang dapat merusak
moral dan kerukunan masyarakat. Pemerintah diimbau untuk mengambil
langkah-langkah yang lebih efektif baik dalam mengatasi dampak-dampak
negatif tersebut maupun pencegahanpencegahannya. Pada saat yang sama
para pemimpin masyarakat dihimbau untuk terus membina dan mendidik
masyarakat agar mampu menyikapi informasi-informasi yang tersebar secara
lebih cerdas dan bijaksana sehingga terhindar dari dampak-dampak
negatif tersebut.
4. Para pemimpin negara, pemimpin masyarakat,
temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar senantiasa menjaga kepercayaan
masyarakat dengan senantiasa arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas
masing-masing dengan penuh tanggungjawab, adil dan amanah dengan
menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI.
5. Para ulama
dalam majlis ini mengusulkan diselenggarakannya forum silaturrahmi di
antara seluruh elemen-elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai
permasalahan yang ada, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan perkembangan di masa depan serta
rekonsiliasi di antara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta
untuk mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut.
والله الموفق إلى أقوم الطريق
Sarang, 16 Maret 2017
Sambutan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj: http://youtu.be/EH2QCQHGJlQ
Sambutan KH. Yahya Cholil Staquf: http://youtu.be/SQWiWo93G0
*Sumber : facebook Sya'roni assyamfuri
No comments:
Post a Comment