Saat menunaikan ibadah haji kemarin, kelompok jamaah haji dari Jepang dibimbing oleh seorang ulama besar yang fenomenal. Namanya Syeikh Nikmatullah Hoja. Usianya 110 tahun (artikel ini ditulis tahun 2011, red.). Ia dilahirkan di Turki pada tahun 1901 dan telah berkelana ke lebih dari 50 negara. Syeikh Nikmatullah sendiri telah membimbing jamaah haji sebanyak 90 kali, yang artinya selama 90 tahun ia menunaikan ibadah haji.
Syekh Nikmatullah Hoja |
Figur Syeikh Nikmatullah yang tenang memancarkan aura kedamaian. Ia adalah juga gambaran wajah Islam yang damai dan penuh kasih sayang. Sungguh jauh dari bayangan dan persepsi negatif tentang Islam yang dibangun oleh media barat. Janggutnya yang putih memanjang, aura wajahnya yang bersinar, bagai “malaikat” yang ramah menyapa setiap orang. Beberapa kawan bahkan mengatakan wajahnya mirip sinterklas. Tak heran banyak orang Jepang yang menyayanginya dan kerap mengelus-elus janggut putihnya yang panjang.
![]() |
Syekh Nikmatullah sedang membagi-bagikan brosur tentang Islam di ruang publik |
Kisah seorang anak muda yang bekerja di toko gadget Shinjuku adalah satu contoh. Anak muda pemberontak dan memiliki kehidupan bebas ini suatu hari menerima kartu dari Syeikh Nikmatullah. Ia hanya meletakkan kartu itu di meja kamarnya selama bertahun-tahun. Suatu waktu, anak itu mengalami sebuah periode depresi. Hidupnya hilang tanpa tujuan, tak tahu hendak apa dan kemana. Kadang rasanya ingin bunuh diri. Saat galau itulah, ia melihat kartu yang pernah dibagikan Syeikh Nikmatullah beberapa tahun lalu.
Iapun memutuskan untuk menemui sang Syeikh. Singkat cerita, anak muda itu bertemu dan belajar pada Syeikh Nikmatullah. Dengan ajaran yang penuh kedamaian dan kasih sayang, anak muda itu kemudian memilih Islam. Namanya menjadi Taqy Abdullah. Dan bukan itu saja, Taqy Abdulah kini menjadi imam masjid di daerah Kabukicho, Shinjuku. Bacaan sholatnya fasih dan bacaan Qur’annya tartiil (baik). Setelah memeluk agama, ia mengatakan hidupnya lebih berarti dan hatinya lebih damai. Banyak lagi kisah-kisah seperti Taqy Abdullah yang mendapat pencerahan setelah bertemu Syeikh Nikmatullah.
![]() |
Taki Takizawa alias Taqy Abdullah, murid Syekh Nikmatullah |
Jepang saat ini dinilai sebagai negara yang maju dan memiliki warga yang sangat tinggi akhlaknya. Orang-orangnya santun dan baik. Namun dengan semakin cepatnya kehidupan modern, semakin tergesa-gesanya hidup, berbagai tekanan dan depresi muncul yang mengakibatkan terjadinya kekeringan spiritual. Tingkat stress dan bunuh diri meningkat. Syeikh Nikmatullah mengingatkan pada kita semua, agar jangan sampai tekanan dunia menyebabkan hidup tidak bahagia. Saya beruntung tinggal satu tenda dengan Syeikh Nikmatullah selama di Mina. Kami makan, tidur, sholat, dan berdoa bersama. Setiap saat Syeikh Nikmatullah selalu mengingatkan kita semua untuk mengingat Allah dan jangan mudah tertipu pada kenikmatan dunia.
![]() |
Syekh Nikmatullah bersama Prof. Dr. Shalih Mahdi Samarrai (Ketua al-Markaz al-Islami Jepang) |
Banyak oase-oase instan yang seolah mengobati kekeringan kita. Tapi biasanya bersifat sementara dan hilang segera. Setelah itu, kekeringan melanda diri kita lagi. Oase sejatinya tentu adalah berpegang pada tali agama. Apa yang diajarkan Syeikh Nikmatullah kiranya benar adanya. Setiap agama di dunia tentu mengajarkan pada kedamaian, ketenangan, dan kerendahan hati. Berpegang padanya, damailah hidup kita. Tidak ada agama yang diajarkan untuk menebar kebencian, apalagi saling menyakiti umat lain dan membunuh. Bila ada agama seperti itu, bukan agamanya yang salah, tapi pemeluknya yang salah menafsirkan agama. Kita tak boleh menghakimi agamanya, karena kita tahu esensi agama bukanlah itu.
![]() |
Syekh Nikmatullah (kanan) bersama Syekh Nazim Adil Haqqani (Cyprus) |
Hari semakin larut, udara gurun semakin dingin, kitapun kemudian berdoa bersama demi kebahagiaan semua dan perdamaian antar umat beragama di dunia. Salam damai
*Penulis adalah author 'Orang Jepang Naik Haji'. Sumber: Kompasiana
No comments:
Post a Comment