Kacamata merupakan salah satu penemuan terpenting dalam
sejarah kehidupan umat manusia. Setiap peradaban megklaim sebagai penemu
kacamata. Akibatnya, asal-usul kacamata pun cenderung tak jelas dari mana dan
kapan ditemukan.
Peradaban Barat kerap mengklaim sebagai penemu kacamata. Padahal jauh sebelum masyarakat Barat mengenal kacamata, peradaban Islam telah menemukannya. Menurut dia, dunia Barat, telah membuat sejarah penemuan kacamata yang kenyataannya hanyalah sebuah mitos dan kebohongan belaka.
Lensa juga dikenal pada beberapa peradaban seperti Romawi,
Yunani, Hellenistik dan Islam. Berdasarkan bukti yang ada, lensa-lensa pada
saat itu tidak digunakan untuk magnification (perbesaran), tapi untuk pembakaran.
Caranya dengan memusatkan cahaya matahari pada focus lensa/titik api lensa.
Fisikawan Muslim legendaries, Ibnu al-Haitam (965-1039 M), dalam karyanya
bertajuk Kitab al-Manazir (tentang optic) telah mempelajari masalah perbesaran
benda dan pembiasan cahaya.
Ibnu al-Haitam mempelajari pembiasan cahaya melewati sebuah
permukaan tanpa warna seperti kaca, udara dan air. “Bentuk-bentuk benda yang
terlihat tampak menyimpang ketika terus melihat benda tanpa warna. Ini
merupakan bentuk permukaan seharusnya benda tanpa warna,” tutur al-Haitham
seperti dikutip Lutfallah.
Inilah salah satu fakta yang menunjukkan betapa ilmuwan
Muslim Arab pada abad ke-11 itu telah mengnali kekayaan perbesaran gambar
melalui permukaan tanpa warna. Namun, al-Haitham belum mengetahui aplikasi yang
penting dalam fenomena ini. Buah pikir yang diteruskan al-Haitham itu merupakan
hal yang paling pertama dalam bidang lensa.
Paling tidak, peradaban Islam telah mengenal dan menemukan
lebih awal tiga ratus tahun dibandingkan masyarakat Eropa.
Fakta lain yang membuktikan bahwa peradaban Islam telah
lebih dulu menemukan kacamata adalah pencapaian dokter Muslim dalam
opthalmologi, ilmu tentang mata. Dalam karyanya tentang opthalmologi, Julius
Hirschberg, menyatakan bahwa dokter spesalis mata Muslim tak menyebutkan
kacamata. [bq]
*Sumber: Mata Air. Edisi 28 Tahun 2009. Penemu Kaca Mata. Halaman 18.
No comments:
Post a Comment