Perubahan Diri Pasca Nikah - Santrijagad

Perubahan Diri Pasca Nikah

Bagikan Artikel Ini
Oleh: Kanthongumur

Seorang laki-laki berumur tiga puluh tahun baru saja melaksanakan pernikahan dengan perempuan pilihan dirinya yang berumur dua puluh dua tahun. Setelah proses akad dan resepsi, pasangan ini melaksanakan bulan madu sebulan penuh. Selama itu pula sang suami mulai berubah menjadi rajin sholat berjamaah bersama sang istri. Melihat perubahan demikian, ibu dari suami itu sangat bergembira, padahal sebelum menikah sang ibu sudah berusaha menasehati dan memberi contoh agar anak laki-lakinya rajin sholat berjamaah, akan tetapi si anak selalu malas-malasan untuk melakukan sholat berjamaah.
Pernikahan
Setelah bulan madu itu selesai sebulan penuh, sang ibu berkata dengan senyuman yang mengembang kepada menantunya: "Engkau telah berhasil menjadikan anakku rajin sholat berjamaah hanya dalam usahamu selama tiga puluh hari, sedangkan diriku gagal menyuruhnya rajin sholat berjamaah dalam usahaku selama tiga puluh tahun, terima kasih." Sang ibu mengakhiri perkataannya dengan tetesan air mata bahagia.

Si menantu menjawab: "Wahai Bunda, ada sebuah batu besar yang menghalangi jalan, kemudian ada seseorang yang berusaha memecah batu tersebut. Ia memukul batu besar itu dengan martil supaya pecah. Pada saat pukulan yang ke sembilan puluh sembilan ia merasa lelah. Kemudian ada orang yang lewat pada jalan itu, dan seseorang itu meminta bantuan kepadanya untuk memukul batu besar itu. Kemudian orang itu pun segera memukul batu itu dengan martil satu kali pukulan dan batu itu langsung terbelah. Tanpa disangka, ternyata dibawah batu itu terdapat emas yang banyak. Orang yang memukul batu itu satu kali berkata: "Haha, itu menjadi milikku, karena aku yang berhasil memecahkan batu." Keduanya pun berselisih tentang emas itu, akan tetapi sepakat untuk diselesaikan di pengadilan.

Orang yang memukul sembilan puluh sembilan kali berkata: "Wahai Pak Hakim, saya mohon dia memberikan sebagian emas yang ditemukan, aku telah memukul batu itu sembilan puluh sembilan kali."

Orang yang memukul satu kali berkata, Wahai Pak Hakim, emas itu semunya milikku, karena aku yang telah memecahkan batu itu."

Dengan bijaksana, Sang Hakim memutuskan, "Orang yang memukul sembilan puluh sembilan mendapat bagian sembilan puluh sembilan persen, dan yang memukul satu kali mendapat bagian satu persen".

Orang yang memukul satu kali protes kepada hakim: "Pak Hakim, tetapi aku yang memecahkan batu itu."

Pak Hakim berkata, "Kalau tidak karena sembilan puluh sembilan pukulan, maka batu itu tidak akan pecah dengan satu kali pukulan yang keseratus".

Sang menantu itu melanjutkan perkataan kepada ibu mertua, "Selama tiga puluh tahun ibu telah berusaha mendidik dan mendorong putra ibu tanpa mengenal rasa lelah. Dan aku hanya menyempurnakan tiga puluh hari wahai bunda untuk menjadikannya rajin, andalah yang patut untuk aku ucapkan terima kasih."

Sungguh bijaksana jawaban sang menantu, ia tidak menonjolkan keberhasilan yang diperolehnya dan mengklaim bahwa hal itu adalah murni usaha dirinya. Ia tahu bahwa sang ibu mertua yang meletakkan satu persatu batu bata untuk membuat bangunan, dan dia sebagai orang yang menyempurnakan bangunan yang telah dipondasikan oleh ibu mertuanya. [BM]

اللهم اهدنا لأحسن الأخلاق فإنه لا يهدي لأحسنها إلا أنت واصرف عنا سيئها فإنه لا يصرف عنا سيئها إلا أنت لبيك وسعديك والخير كله بيديك نستغفرك ونتوب إليك.

No comments:

Post a Comment