Serangan tersebut sangat tertata rapi dan terkoordinasi. Para pelaku menyerang di tempat-tempat berbeda dengan metode penyerangan yang berbeda-beda pula. Serangan pertama, pukul 8.20 petang waktu setempat, dua ledakan terjadi di lokasi dekat stadion Stade de France, ketika ada pertandingan sepak bola antara Perancis dan Jerman. Saat itu, presiden Perancis Francois Hollande sedang berada di stadion. Sesaat setelah kejadian, ia segera bertemu Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve. Masih belum jelas apa jenis peledak yang digunakan, entah granat atau jenis peledak lain, namun pihak terkait menyatakan bahwa kejadian ini kemungkinan adalah aksi bom bunuh diri.
Korban dalam penyerangan di Paris. (foto: GettyImages) |
Lima lokasi penyerangan di Paris, 13 November 2015 (foto: stratfor.com) |
Serangan ini memang mengguncang, namun tidak terlalu mengejutkan. Karena belakangan ini memang sudah banyak orang dari Perancis maupun Eropa yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ekstrimis di sana. Ditambah lagi dengan adanya insiden Charlie Hebdo beberapa waktu lalu, maka aksi semacam ini betul-betul resiko yang bisa diperhitungkan di seantero Eropa. Hal ini juga menimbulkan kecurigaan yang besar terhadap gelombang pengungsi yang datang dari Suriah dan tempat-tempat lain di Timur Tengah, bisa saja ada anggota kelompok ekstrimis yang menyusup di antara mereka dan membawa misi teror di Eropa.
Serangan di lima titik ini dilancarkan tepat lima hari sebelum kapal induk Perancis, Charles de Gaulle, melaut menuju Teluk Persia untuk bergabung dalam penumpasan ISIS. Perlu diketahui bahwa Perancis sudah ikut melancarkan serangan udara ke Suriah sejak September lalu. Tentu insiden Paris ini akan semakin menambah keseriusan Perancis dalam operasinya di Suriah. Di sisi politik dalam negeri, kejadian ini akan membuat pertarungan politik pra-pemilu Perancis 2017 semakin memanas, terutama dalam isu kebijakan imigrasi dan penanganan terorisme. [Zq]
*Sumber: www.stratfor.com (Global Intelligence)
No comments:
Post a Comment