Konflik Islam-Kristen Afrika Tengah - Santrijagad

Konflik Islam-Kristen Afrika Tengah

Bagikan Artikel Ini
Kerja Sama Ulama dan Pendeta Mewujudkan Perdamaian
SANTRIJAGAD – Gambar-gambar mayat kaum muslim tergeletak di jalanan Republik Afrika Tengah menjadi pemantik yang ampuh untuk memancing emosi kaum muslim dunia. Tindakan provokasi semacam ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan di tengah masyarakat plural. Populasi Republik Afrika Tengah mencapai lebih dari 4,5 juta jiwa. Separuhnya beragama Kristen, 25% muslim dan sisanya beragam.

Ada kelompok paramiliter “Seleka” yang terdiri dari kaum muda umat Islam dan memiliki pandangan ekstrim terhadap umat Kristiani yang menjadi mayoritas. Mereka memiliki misi untuk membentuk negara Islam di Afrika Tengah. Sebaliknya, adapula paramiliter pemuda Kristen yang disebut “Anti-Balaka”, mereka juga berpandangan keras dan sangat memusuhi muslim minoritas.


Pada mulanya, Seleka menjadi gerakan politis yang menggulingkan presiden Kristen Afrika Tengah, Francois Bozize. Penggulingan ini terjadi sesaat setelah Perancis menarik dukungannya terhadap Bozize karena telah membuka kesepakatan bagi Cina untuk mengeksplorasi minyak di Afrika Tengah. Ia pun menginisiasi terbentuknya paramiliter Anti-Balaka sebagai tandingan dengan mengangkat isu rasial bahwa imigran Arab berupaya menghancurkan gereja-gereja dan mencoba mengatur pemerintahan.



Pertumpahan darah di antara kedua milisi sipil ini tak terelakkan. Ulama setempat, Imam Omar Kobine Layama, presiden Komunitas Muslim Afrika Tengah, sangat menentang keras aksi kekerasan antargang berbau agama ini. Ia menolak aksi yang dilakukan Seleka dan beberapa kali mendapatkan ancaman. Di sisi Kristen, Uskup Bangui, Dieudonne Nzapalainga, juga menyerukan perdamaian bersama Imam Omar. Mereka keliling Eropa untuk menjalin kerjasama dengan para politisi demi mewujudkan stabilitas kemanan dan perdamaian Islam-Kristen di Afrika Utara.

Ajakan ini tidak sia-sia. Sebanyak 30 kaum muslim menjadi sukarelawan menjaga keamanan gereja Katolik di lingkungan utara Bangui. Mereka pasang badan untuk menghadapi kebrutalan Seleka dan mencoba menyadarkan sesama saudaranya itu. Namun di tengah segala upaya ini, nampaknya campur tangan asing justru memperparah keadaan.[]

Sumber: www.alhabibali.com