Syaikhah Bahiyyah |
Semasa hidup, Syaikhah Bahiyyah mengabdikan dirinya bagi ilmu agama, baik untuk belajar maupun mengajar. Banyak sudah ulama besar yang ia datangi untuk belajar. Ia mengaji tafsir Shahih Bukhari kepada al-Haj Muhammad al-Susi, mengaji Shahih Bukhari kepada al-Haj Ibnu Isa al-Khalti, mengaji Shahih Muslim dan Ushul Fiqh kepada Syaikh Al-Zahirani, mengaji Ajurumiyyah kepada Ahmad bin Siddiq al-Meknasi, mengaji Alfiyyah Ibnu Malik dan Risalah Ibnu Abi Zaid kepada Mawlaya As-Syarif Ibnu Ali al-Alawi, mengaji ulumul hadits kepada As-Sayyid Abdul Hadi Al-Mannuni, mengaji tafsir kepada Al-Mukhtar Al-Sintisi, serta ilmu-ilmu agama lainnya kepada Abdul Hafiz al-Fasi al-Fihri. Di Tunisia, ia mengaji balaghah dan tafsir kepada At-Tahir Ibnu Asyur maupun putranya, mengaji ulumul hadits kepada Ibnu Khawjah, mengaji sejarah kepada Muhammad al-‘Aziz, serta ilmu-ilmu lain kepada Muhammad al-Khidr Husain. Guru terbesarnya yakni At-Tahir Ibnu Asyur dan ‘Allamah Muhammad Taqiyuddin al-Hilali (w.1987/1407H).
Hal yang mengagumkan adalah, meskipun Syaikhah Bahiyyah adalah seorang tunanetra (buta), namun tak menyurutkan langkahnya dalam pengabdian keilmuannya. Ia hapal Qur’an, Shaih Bukhari, dan Muwatta, serta banyak kitab lainnya. Ia bahkan memiliki satu jilid mushaf Al-Qur’an dalam aksara Braille dengan qiraat Imam Warsy yang ia tulis dengan tangan sendiri. Subhanallah!
Mushaf tulisan Syaikhah Bahiyyah |
Di masa sepuhnya, Syaikhah Bahiyyah senantiasa khalwat, zikir, berpuasa dan shalat di Masjid Agung Meknas. Setiap orang yang ingin sowan kepada beliau, harus ke masjid untuk bertemu. Di akhir hayat, beliau jatuh sakit dan tak mampu ke masjid lagi, namun rumahnya senantiasa terbuka bagi para tamu dan santri. Beliau kerap mengijazahkan sanad kepada para santri dengan cap jempol, bukan tanda tangan, sebab buta.
Ijazah yang ditandai cap jempol Syaikhah Bahiyyah |
*Sumber: IlmFeed
No comments:
Post a Comment