Oleh: H.M.H Alhamid Alhusaini
Lanjutan dari kisah sebelumnya, Bagian 4: Lamaran Berdatangan
Pada malam perkawinan Siti Fatimah, Rasulullah saw mendatangkan seekor baghal ( Hewan kecil perkawinan silang antara keledai dan kuda) yang bernama “ Syahba”. Pada punggung hewan itu dihamparkan sehelai permadani. Setelah itu Siti Fatimah dimintai mengendarainya. Seorang sahabat yang bernama Salman Al-farisiy, diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk menuntun Baghal tersebut. Sedangkan Rasulullah sendiri berjalan di belakang mereka bersama Hamzah, paman Rasulullah saw dan orang-orang Bani Hasyim lainnya. Mereka berjalan perlahan-lahan dan teratur, berpakaian rapi dan masing-masing mengangkat pedang terhunus. Barisan yang berfungsi sebagai pasukan kehormatan itu tampak anggun dan tertib.
Sementara para
wanita dari kaum muhajirin dan anshor ikut mengiring sambil mengumandangkan
Takbir, tahmid dan puji syukur kehadirat Allah swt.
Beberapa orang
wanita, isteri para sahabat nabi yang pandai bersyair, secara bergantian
mendendangkan syair-syair berisi pujian kepada Allah swt atas kemuliaan yang
dilimpahkan kepada Siti Fatimah r.a. Salah satu syairnya antara lain :
Wahai Fatimah, wanita
utama
Wajahmu bercahaya
laksana bulan purnama
Dimuliakan Allah atas
seluruh hamba-Nya
Kemuliaan besar tiada
tara
Dinikahkan Allah
dengan Ksatria perkasa
Imam Ali seorang yang
terkemuka
Pahlawan islam
kebanggaan bangsa
Pelindung ummat,
pembela agama.
Iring-iringan
mendapat sambutan hangat dari penduduk Madinah dan akhirnya tiba di rumah kediaman
Ali bin abi Thalib r.a. Upacara penyerahan Siti Fatimah dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw, disertai doa: “ Ya Allah, ya Tuhanku, inilah puteri yang paling
aku cintai. Dan inilah saudaraku yang paling aku kasihi. Limpahkanlah ya Allah,
kepada mereka itu, lindungan dan pertolongan-Mu. Muliakanlah mereka dengan
ketekunan berbakti kepada-Mu. Berikanlah ya Allah, rahmat dan berkah-Mu kepada
keluarga mereka.”
Selesai berdoa,
Beliau saw mempersilahkan Ali bin Abi Thalib masuk kedalam kamar bertemu dengan
istrinya. Sebelum meninggalkan rumah yang bakal menjadi kediaman baru puterinya
itu, sambil berpegang pada daun pintu, sekali lagi Beliau saw berdoa:
“ Semoga Allah swt mensucikan
kalian dan keturunan kalian berdua. Dengan ini kalian berdua kuserahkan kepada
Allah swt”. Pintu kemudian ditutup dan Beliau saw meninggalkan rumah puterinya
yang mulai saat itu hidup sebagai isteri Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Mereka tinggal
tidak jauh dari dari kediaman Rasulullah saw. Keduanya berada dalam lingkungan
masjid. Tidak jauh dari rumah mereka terdapat rumah sahabat Abu bakar dan
sahabat Umar Ibnul Khattab. Semua mempunyai pintu-pintu yang langsung menjurus
ke Masjid. [Ahmad Syofwandi]
Baca kisah selanjutnya di Bagian 6: Keistimewaan Sang Suami
Baca kisah selanjutnya di Bagian 6: Keistimewaan Sang Suami
No comments:
Post a Comment