Ahad pagi, 13
September 2015 telah berlangsung acara pengajian akbar dalam rangka memeringati
haul simbah KH. Abdullah Sajad di Sendangguwo, Tembalang, kota Semarang. Acara
haul kali ini tidak seperti biasanya yang diadakan di halaman masjid As-Sajad,
namun diadakan di pusara simbah KH. Abdullah Sajad di komplek pemakaman Nolo
Sendangguwo. Pengajian diisi oleh KH. Haris Shodaqoh sebagai pembicara
(Mau’dhoh hasanah).
Rangkaian acara
dimulai sejak pukul 07.00. Diawali dengan khataman Quran dan tahlil oleh santrian-santriwati Addainuriyah
2 yang dipimpin oleh Ust. Khoerul Umam S.Pd.I. Selanjutnya sembari menunggu
para jamaah dari kalangan umum, para santri beristirahat dan beramah tamah.
Tepat pukul 08.30,
KH. Haris Shodaqoh hadir di maqbaroh. Kehadiran beliau disambut oleh
shohibulhajat dari Bani Sajad, yaitu yang mewakilinya Drs. KH. Dzikron Abdullah.
Para santri membentuk barisan pagar betis. Satu persatu, para santri bersalaman
dengan beliau dengan diiringi asroqolan.
Setelah penyambutan
KH. Haris Shodaqoh, acara bersama para jamaah umum segera dibuka. Acara diawali
dengan pembacaan surat Alfatihah dan pembacaan tilawatilquran. Selanjutnya
dilakukan pembacaan kalimah thoyyibah dan tahlil bersama jamaah. Setelahnya,
sambutan-sambutan disampaikan oleh panitia penyelenggara haul dan tokoh
masyarakat serta penyampaian manaqib KH. Abdullah Sajad. Manaqib disampaikan
oleh Drs. KH. Dzikron Abdullah.
KH. Abdullah Sajad
adalah salah satu santri Mbah Soleh Darat, satu angkatan dengan KH. Hasyim
Asy’ari. Beliau ditugaskan oleh gurunya untuk mendakwahkan agama Islam di
wilayah Sendangguwo. Pada saat itu wilayah Sendangguwo terkenal dengan kemaksiatannya
serta masih mengeramatkan sebuah sendang dan gua. Masyarakat setempat masih
mempercayai tempat tersebut untuk meminta keberkahan, serta meminta agar dijauhkan
dari bencana.
Menurut Drs. KH.
Dzikron Abdullah, simbah KH. Abdullah Sajad terkenal dengan ilmu
hikmah/kejadugan, namun beliau tidak mau memperlihatkan kejadugannya. Beliau
membentuk kejadugannya pada para santrinya.
Jaman itu setiap
hari jumat, saat solat jumat dilaksanakan di masjid, masyarakat setempat
mengadakan pesta-pesta tarian dengan iringan gending sehingga khotbah dari
masjid tidak terdengar. Mendengar hal tersebut, simbah Abdullah Sajad ngendikan
“Nek ngono yo do mencret”, seketika jamaah pesta mencret semua. Masyarakat
setempat masih belum kapok dan mengulanginya lagi, sehingga simbah KH. Abdullah
Sajad pun ngendikan lagi “Nek ngono yo do kobongan”. Begitulah
sekelumit cerita karomah dari simbah KH. Abdullah Sajad.
Acara selanjutnya
adalah acara inti, yaitu mauidhoh hasanah dari KH. Haris Shodaqoh. Beliau
berpesan bahwa kita harus bersyukur kepada Alloh karena telah diberi pepunden yang
bisa kita jadikan sebagai pedoman, pengingat dan tuntunan. Sebab jaman seperti
sekarang ini, kita tidak banyak yang ingat dengan wasiat para ulama/sesepuh. Di jaman
seperti ini nasehat sesepuhlah yang menjadi kunci pengaman bagi kita suapaya
tetap dalam memegang iman islam.
Selanjutnya beliau
juga berpesan suapaya kita dapat meningkatkan rasa mahabbah terhadap para guru,
ulama sesepuh. Disamping itu kita juga memegang apa yang menjadi ucapan dan
tindakan para ulama supaya mendapat keridhoan Alloh SWT. Hal tersebut bisa
menjadi wasilah agar kita dapat mengendalikan nafsu duniawi di jaman modern
seperti ini, jaman kemajuan teknologi. Dimana kemajuan teknologi itu lah yang
bisa membuat kita menjauh dari Alloh SWT.
Acara terakhir
sebagai penutup adalah doa. Secara bersama jamaah pengajian mengamini. Semoga
apa yang telah disampaikan oleh beliau-beliau dapat kita amalkan dengan baik.
No comments:
Post a Comment