Oleh : Prof. Dr. M. Quraish Shihab
Penilaian baik buruk suatu sistematika uraian berkaitan erat
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penyusunnya. Sebelum melakukan penilaian
terhadap sistematika perurutan ayat-ayat al-Quran terlebih dahulu harus
diketahui apa misi dan tujuan al-Quran.
Al-Quran bukanlah suatu kitab ilmiah seperti kitab ilmiah
yang dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Misi al-Quran adalah dakwah untuk
mengajak manusia menuju jalan yang terbaik. Ini misalnya dijelaskan dalam surah
al-Isra’ ayat 9.
Ayat-ayat al-Quran merupakan serat yang membentuk tenunan
kehidupan seorang Muslim serta benang yang menjadi rajutan jiwanya. Karena itu,
seringkali pada saat al-Quran berbicara tentang suatu persoalan menyangkut satu
dimensi atau aspek tertentu, tiba-tiba ayat lain muncul berbicara tentang aspek
atau dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan. Bagi
yang tekun mempelajarinya akan menemukan keserasian hubungan yang amat
mengagumkan, sama dengan keserasian hubungan yang memadukan gejolak dan
bisikan-bisikan hati manusia, sehingga pada akhirnya dimensi dan aspek yang
terkesan kacau menjadi terangkai dan terpadu indah bagai kalung mutiara yang
tidak diketahui dimana ujung dan dimana pangkal.
Salah satu tujuan al-Quran dengan memilih sistematika
demikian adalah untuk mengingatkan manusia –khususnya kaum Muslim—bahwa
ajaran-ajaran al-Quran adalah satu kesatuan terpadu yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Kalau sebelumnya pernah dikemukakan contoh tentang
serangkaian ayat surah al-Baqarah, maka itu disebabkan al-Quran ingin ingin
agar umatnya melaksanakan ajarannya secara terpadu. Tidaklah babi lebih
dianjurkan untuk dihindari daripada keengganan menyebarluaskan ilmu. Bersedakah
tidak pula lebih penting daripada menegakkan hukum dan keadilan. Kemudian,
wasiat sebelum mati dan menunaikannya tidak kalah daripada berpuasa pada bulan
Ramdhan. Sementara itu, puasa dan ibadah lainnya tidak boleh menjadikan seorang
lupa pada kebutuhan jasmaniahnya, walaupun itu adalah hubungan seks antara
suami-istri. Demikian terlihat keterpaduan ajaran-ajarannya.
Al-Khaththabi menulis,”Tujuan bergabungnya berbagai
persoalan dalam satu surah adalah agar setiap pembaca surah ini dapat
memperoleh sekian banyak petunjuk dalam waktu yang singkat tanpa harus membaca
seluruh ayat-ayat al-Quran. Allah bermaksud menguji hamba-hamba-Nya menyangkut
ketaatan dan kesungguhan mereka melalui aneka ragam petunjuk-Nya.”
Tetapi, benarkah ayat-ayat serta uraian-uraiannya tidak
saling berhubungan? Tidak! Para pakar al-Quran membuktikan adanya hubungan yang
serasi dalam uraian al-Quran. Dalam istilah ilmu al-Quran, keserasian tersebut
dibahas dalam bidang “ilm al-muhasabbah”.
Keserasian dapat dilihat pada:
1 Hubungan kata demi kata dalam satu ayat.
2 Hubungan antara kandungan ayat dengan fashilah (penutup ayat).
3 Hubungan dengan ayat dan ayat berikutnya.
4 Hubungan mukadimah satu surah dengan penutupnya.
5 Hubungan penutup satu surah dengan mukadimah surah
berikut.
6 Hubungan kandungan surah dengan surah sesudahnya.
(bersambung)
[bq]
Sumber:
Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Edisi 31 Tahun 2009. Sistematika Al-Quran (Bagian
Kedua). Mata Air
No comments:
Post a Comment