Mujahadah Kubro Pesantren Addainuriyah Dua Semarang; Kemuliaan Datuk dan Cucu - Santrijagad

Mujahadah Kubro Pesantren Addainuriyah Dua Semarang; Kemuliaan Datuk dan Cucu

Bagikan Artikel Ini


SANTRIJAGAD`~ Minggu malam (24/01/2016) kemarin, salah satu pesantren di Pedurungan Semarang mengadakan agenda selapanan Mujahadah Kubro. Tidak seperti mujahadah-mujahadah kubro sebelumnya, kali ini dikemas dengan peringatan Maulid Nabi dan juga Haul Siti Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, agenda selapanan Ponpes Addainuriyah Dua Semarang ini mengundang para wali santri, mutakhorrijin (alumni), tamu-tamu undangan yakni para kyai, grup rebana modern Banteng Raiders dari Batalyon Infanteri 400 Kodam IV Diponegoro Semarang.

Diawali pertemuan antara pengurus pondok pesantren dan wali santri, acara berlanjut sholat maghrib berjamaah. Para jamaah yang sedari sore berdatangan, memenuhi aula pondok pesantren. Setelahnya, acara Mujahadah dilanjut di panggung yang sudah tertata di depan pondok pesantren. Sholawat menggema dilangit-langit Pedurungan, para Imam dan ribuan Jamaah mujahadah berdiri (mahalu-al-qiyam) dengan diiringi rebana modern Banteng Raiders. Dibuka ketua panitia Mujahadah dan dilanjut dengan laporan keuangan, Majelis selapanan memasuki acara dzikir bersama dengan dipimpin oleh Drs. KH. Dzikron Abdulloh dan para imam lain secara bergantian.

Selepas berdzikir, tiba saatnya para Jamaah mendengarkan Mauidloh Khasanah yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Addainuriyah dua Semarang. Drs. KH. Dzikron Abdulloh. Beliau mengutip syiir burdah untuk menapaki kemuliaan-kemuliaan Nabi Muhammad SAW;

أَكْرِمْ بِخَلْقِ نَبِيٍ زَانَهُ خُلـُقٌ #  بِالْحُسْنِ مُشْتَمِلٍ بِالْبِشْرِ مُتَّسِمِ
وَالبَحْرِ فِي كَرَمٍ وَالدّهْرِ فِي هِمَمِ كَالزَّهْرِ فِيْ تَرَفٍ وَالبَدْرِ فِي شَرَفٍ # 
     
Alangkah mulia akhlakNabi, yang menghiasi kesempurnaan keanggunan-nya
Senyum manis selalu tidak lekang dari bibirnya
Kelembutannya bagaikan bunga, dan kemuliaannya bagaikan purnama
Kedermawanannya seperti samudera, cita-citanya (semangatnya)sepanjang masa

Lantunan bait-bait Burdah disambut dengan sholawat oleh para jamaah. Para jamaah kembali khidmat, khusyu, mendengarkan uraian-uraian penjelasan syiir burdah tersebut.


Kemuliaan Nabi Muhammad

Akrim, sangat mulia. Akhlak Nabi Muhammad luar biasa luhurnya. Beliau suka menampakkan wajah dengan senyum. Sebab senyum itu Ibadah. Halus akhlaknya seperti kembang. Suatu ketika Kanjeng Nabi kedatangan Sembilan tamu Yahudi. Tamu-tamu tersebut membawakan jeruk untuk beliau. Pemberian itu, dilihat oleh tamu-tamu lainnya. Sehingga ketika Sembilan tamu Yahudi pulang, dari tamu-tamu selanjutnya ada yang bertanya kepada Kanjeng Nabi, “Ya Rasulallah, biasanya engkau berbagi dengan kami, tetapi kenapa kali ini, engkau menghabiskan sendiri jeruk-jeruk itu?”. Nabi menjawab,“Jeruk-jeruk itu masam rasanya. Apabila kalian turut memakannya, nanti tampak kepada Sembilan tamuku itu, wajah-wajah kalian yang menahan rasa masam itu. Kasihan mereka yang memberi jeruk-jeruk itu”. Beliau menghabiskan jeruk dengan menahan rasa masam itu dengan tujuan agar yang memberi tidak tersinggung.

Seperti bulan purnama di dalam kemuliaannya. Sebab itu, ketika hijrah ke Madinah, beliau disambut dengan syiir Thola-al-Badru. Waktu itu, semua orang madinah gandrung dengan Nabi. Datang Nabi dengan paling depan unta, Abu Bakar, dan terakhir Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Gegap gempita penyambutan terhadapNabi Muhammad, membuat Sayyidina Abu Bakar menjadi sangat senang, karena sangat senangnya itu, Abu Bakar menyamakan langkah kakinya dengan iringan terbang, pundak Abu Bakar bergerak-gerak. Dalam pada penyambutan itu turun surat al-Fath sehingga Nabi dengan tawadhunya berdzikir dengan membaca tasbih, tahmid dan istgihfar. Dari kerumunan seorang perempuan berteriak Jikalau aku bertemu Nabi, akan aku peluk dan cium beliau”. Begitu cintanya, dia menerobos hingga barisan paling depan. Dia mengira, jika Abu Bakar adalah Nabi Muhammad. Abu Bakar dipeluk. Sedangkan Nabi terselamatkan dari perempuan itu. Itulah salah satu dari penjagaan Allah terhadap Nabi Muhammad. Beliau memiliki sifat Al-Mashum.

Seperti samudera di dalam kedermawanannya. Suatu ketika Nabi hendak mengimami sholat ied, ada anak yatim menangis di atas batu diantara anak-anak yang sedang senang merayakan hari raya. Kemudian beliau menemui anak yang menangis itu dan bertanya, “Nak, apa yang membuatmu menangis?”. Lalu dijawab oleh anak itu“Ayahku meninggaldiserang oleh orang kafir ketika mengikuti Nabi”. Anak yatim tersebut langsung digendong olehnya dan dibawa ke rumah lalu dimandikan, diberi pakaian baru, diberi uang yang banyak sembari berpesan “Ceritakanlah kepada teman-temanmu bahwa sekarang, kamu adalah anakku, kerabatmu Fatimah, Hasan dan Husein”.

Kemudian, dikisahkan ada seorang bernama Kalla yang meludahi Nabi ketika mengimami sholat subuh dari atas pengimaman. Setelahnya, bibir Kalla membesar dan memerah. Begitu selesai mengimami, beliau menuju rumah Kalla dengan membawa susu dan tamar. Beliau tahu bahwa itu Kalla, dengan kekasyafan beliau. Kalla ketakutan dengan kedatangan Nabi. Dengan kehalusannya, Nabi memberikan susu dan tamar untuk mengobati bibir Kalla. Minumlah ini, insyaallah sakitmu akan sembuh. Beliau memberi tanpa tendensi apa-apa.

Sepanjang masa di dalam semangatnya. Seusai Nabi melaksanakan haji wada dan menyampaikan wahyu terakhir, Abu Bakar yang mendengar tahu bahwa Nabi akan meninggal dunia. Ketika hendak meninggal, Nabi masih mengingatkan umatnya akan sholat.
Dalam syiir “Lam yahtalim” dijelaskan pula bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak pernah tidur. Tidak pernah menguap. Itu pertanda bahwa beliau sehat. Tidak pernah sakit hingga beliau meninggal. Sehat selama hidupnya. Berbeda dengan kita, yang sering jatuh sakit. Fisik beliau luar biasa. Tamunya tidak berhenti berdatangan. Orang lapar yang bertemu Nabi Muhammad SAW,  hilang laparnya. Orang stress hilang stressnya. Orang sakit, hilang sakitnya. Kemuliaan lain yang dimiliki Nabi, ketika berjalan tidak ada burung di atasnya, bahkan tidak ada lalat yang hinggap dipakaiannya.

Kemuliaan Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani

Garis keturunan Syaikh Abdul Qodir al-Jilani dari arah Ayah dan Ibu masih berhubung ke Nabi Muhammad melalui Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang ber-Ibunda Fatimah, putri Nabi yang bersuami Sahabat Ali ra. Fatimah tidak pernah haid dan nifas. Pernah sekali nifas tetapi langsung suci.

Siti Syaikh memiliki kebiasaan yang luar biasa. Beliau sholat subuh dengan wudhu di waktu isya. Setelah waktu isya beliau masuk ke tempat khalwat. Tidak keluar kecuali fajar sudah merekah. Setelah isya kemudian sholat ringan dan dilanjut dzikir. Sepertiga malam yang pertama selesai, beliau melanjutkannya dengan membaca asma adhom yaitu al-Muhiitu, ar-Robu, Asy-Syahidu, Al-Hasibu, Al Faalu, Al-Khollaaqu, Al-Kholiqu, Al-Bariu, Al-Mushowwiru, kemudian sholat dilanjutan membaca al-Quran hingga habis sepertiga malam yang kedua. Dengan kebiasaan seperti itu, beliau masih bisa menulis 17 kitab. Di sepertiga malam ketiga beliau sholat dengan sujud yang panjang, kemudian duduk, mendekatkan diri kepada Allah Swt dan berdoa dengan tawadhu hingga terbit fajar. Setelahnya tedengar salam dari rijalul ghoib, Siti Syaikh menjawab waalaikumsalam.

Akhlak Siti Syaikh dengan orang fakir persis seperti Nabi. Meski beliau memiliki derajat tinggi, nama beliau terkenal, agung, luhur, tetapi beliau tetap memuliakan fuqoro. Beliau mau menemani duduk, membersihkan kutu-kutu (metani, jawa) fuqoro. Sampai-sampai karomah beliau seperti Kanjeng Nabi, pakaiannya tidak pernah dihinggapi lalat. Orang yang melihat kejadian itu, bertanya kepada Siti Syaikh lantaran apa yang menyebabkan. Siti Syaikh menjawab Ibadahku tidak karena manis dunia juga tidak karena manis akhirat, aku ikhlas. Sebab keikhlasannya itu pula pengajian beliau dipenuhi jamaah sampai 7 mil, bahkan mampu menghadiri undangan di 60 tempat berbeda dalam satu waktu.

Pernah suatu hari syaithan menggoda Syaikh Abdul Qadir. Syaitan itu menjelma cahaya besar menerangi ufuk langit, lalu menampakkan diri seraya memanggil-manggil, “Wahai Abdul Qodir, akulah Tuhanmu. Sungguh telah aku halalkan semua yang aku haramkan kepadamu.” Maka Siti Syaikh menajwab, “Audzubillahi mina as-Syaithoni ar-Rojiim. Hai yang dilaknat, menjauhlah dariku”. Seketika menjadi gelap kemudian muncul asap lantas Syaitan itu berteriak “Wahai Abdul Qodir, engkau telah selamat dari ulah sesatku sebab ilmumu tentang hukum Tuhanmu dan karena pemahamanmu tentang kedudukanmu. Sungguh aku telah menyesatkan 70 orang ahli thariqoh.” Sebab itu, kalau ada  yang aneh-aneh, konsultasi, rabithoh dengan Kyai/ Mursyid. Kalau ada yang mengaku-ngaku dan memerintahkan untuk melanggar syariat, ittiba kepada Siti Syaikh. Semoga kita semua mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SW dan karomah Siti Syaikh Abdul Qodir-Aljailani. Alfatikhah. Mujahadah Kubro ditutup dengan melangitkan doa. – [bq-gk]


No comments:

Post a Comment