Kelahiran Sang Nabi dan Musyâhadah Cinta - Santrijagad

Kelahiran Sang Nabi dan Musyâhadah Cinta

Bagikan Artikel Ini
Oleh: Ustadz Nurul Huda Haem
*Ikhtiyar menyatukan perbedaan dalam bingkai cinta


Kehadiran Sang Nabi secara utuh menyelaraskan kehidupan jasadi dan ruhani yang tampak dalam keimanan yang liat dan akhlaq yang menawan. Untuk memelihara keduanya dibuatlah sistem peribadatan yang disebut syari'at, sebuah metode atau jalan agar ketauhidan dan perilaku berjalan lurus. Sebagai sebuah jalan, syari'at tentu saja boleh tidak sama satu sama lain.
I Love My Prophet Muhammad
Jamuan (Al-Mā'idah):48 – “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."

Perhatikan firman Allâh di atas: "untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang." Pada istilah aslinya, bahasa al-quran menyebut syir'atan wa minhâjâ atau aturan dan jalan. Semua tujuan dari jalan yang berbeda itu hanya satu, yaitu Allâh. Fakta keragaman umat tak bisa dibantah, sejak awal penciptaan, Allâh menciptakan pula keragaman itu, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." QS Al-Hujurât 13.

Karena fakta keragaman merupakan keniscayaan, maka Risalah Muhammadiyah hadir dalam bentukan yang unik, ia menyatukan namun terbuka ruang tafsir, ia membebaskan makna atas teks yang nantinya dijadikan sebagai landasan suci risalah ini (baca: al-quran dan hadits). Ia merupakan spirit yang menyelamatkan maka seluruh kaedah kehidupan di dasarkan pada prinsip-prinsip kemaslahatan, dari sisi mana saja engkau memandang Risalah Suci ini yang tampak adalah pesona keindahan yang menghentakkan kesadaran kasih sayang Tuhan.

Namun pada gilirannya ada saja sebagian hamba yang kesulitan mencapai tujuan yg dimaksud oleh pembuat syari'at (asy-syâri') yg dibawa secara tartîl oleh Sang Nabi. Sederhananya, maksud Asy-syâri telah mewujud pada keindahan perilaku sang nabi. Namun keindahan perilaku sang nabi sering pula dinodai oleh sekat-sekat kepentingan tafsir. Nah, hegemoni penafsir yang menguat di lingkungan penganut agama inilah yang menyebabkan terjadinya firqah (golongan) yang seiring waktu dan perkembangan zaman tak bisa dihindari.

Kelahiran sang nabi semestinya menjadi momentum untuk kembali kepada kesadaran primordial bahwa syari'at boleh berbeda namun tujuan yang hendak dicapai itu sama. Kobaran api permusuhan yang telah lama merusak tali persaudaraan keislaman (ukhuwwah Islamiyyah) sebenarnya merupakan ilusi yang harus diwaspadai.

Kelahiran sang nabi yang kita rayakan semestinya menggerakkan spirit ukhuwwah (persaudaraan) dan bukan menggelorakan 'adâwah (permusuhan). Spirit menghamba kepada Tuhan itu dibingkai dalam mujâhadah (usaha keras) terus menerus dan murâqabah (kesadaran akan pengawasan Allah) yang berkesinambungan.

Maka boleh jadi, benang merah pertikaian kalangan ahl-syarî'ah dapat dibentangkan melalui entry point yang penuh kerahmatan, saya menyebut jalan ini sebagai "Musyâhadah Cinta".

Musyâhadah Cinta


Musyâhadah Cinta adalah penyaksian (vision) akan hakekat kehidupan di mana sumber segalanya adalah kebaikan Allah terhadap makhlüq. Kebaikan Allâh itu terbingkai dalam cinta sang pencipta kepada ciptaan-Nya. Karena al-Mahbûb telah menyatakan cinta-Nya maka para pencari cinta sejati akan mengepakkan sayap kerinduan dengan melepas seluruh kemelekatan yang palsu.

Pada tingkatan yang lebih tinggi, persaksian cinta ini menghadirkan al-'isyq al-qawiy atau cinta yang sangat kuat sehingga membuat seseorang hiyâm atau tenggelam dalam lautan cinta karena al-Mahbûb yang sangat sempurna keindahanNya.

Musyâhadah Cinta adalah persaksian seorang hamba kepada Tuhan yang dicintai-Nya secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal para pecinta ini akan menyeluruhi dirinya dengan kesibukan melayani sang kekasih, hasratnya terbakar oleh "subuhât wajh al-haq" dalam keta'juban yg tak terperi, apa saja yang ia pandang hanyalah wajah kekasih di mana-mana. Kerinduan akibat meneguk madu dari cawan 'isyq membuatnya mabuk karena siraman hikmah bertubi-tubi dari penyingkapan tirai yang disaksikan.

Lalu secara horizontal, kepak sayap sang pecinta membawanya kembali menuju bumi menyapa wajah-wajah kemanusiaan dengan spirit kasih yang tak pandang bulu, tak tersekat oleh ras dan golongan, bahkan tak tertandingi oleh benih permusuhan dan kebencian. Semuanya larut dalam kehebatan cinta yang dominan.

Maka kelahiran sang nabi adalah wujud cinta Al-Mahbûb yang teramat besar kepada semua hamba, maka bagaimana kita tak mensyukurinya?

Pujian untuk Sang Nabi


Nyaris di seluruh semesta bumi, kecuali saudi arabia, pujian atas kemuliaan sang nabi bergulir dalam banyak puisi, prosa dan kisah kenabian yang romantis. Selain di Indonesia, Mesir dan Turki, peringatan Maulid Nabi juga diselenggarakan di Syria, Lebanon, Yordania, Palestina, Iraq, Kuwait, Uni Emirat Arab, Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, Al Jazair, Maroko, Mauritania, Djibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Sri Lanka, Iran, Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan, Turkistan, Bosnia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan kebanyakan Negara Islam yang lain.

Qasidah Burdah menyuguhkan pujian yang sangat indah menggambar peristiwa kelahiran Nabi yang agung itu. “Ketika Muhammad lahir malaikat menyiarkan beritanya dengan suara riuh rendah. Jibrîl datang dengan suara gembira. ‘Arasy bergetar. Para bidadari surga keluar menyebarkan wewangian. Ketika Muhammad lahir, Aminah, sang ibunya, melihat cahaya menyinari istana Bosra. Malaikat berdiri mengelilinginya dan membentangkan sayap-sayapnya”.

Penyair terkemuka Mesir, Ahmad Syauqi Beik menggubah puisi madah yang memesona dan penuh keanggunan, untuk menghormati Nabi sang kekasih. Puisi-puisi ini dinyanyikan dengan amat indah dan melankolis oleh Penyanyi Legendaris, Ummi Kultsum.

Wulida-l-hudâ fa-l-kâ’inâtu dhiyâ’u
Wa fammu-z-zamâni tabassumun wa tsanâ’u
A-r-rûhu wa-l-mala’u-l-malâ’iku haulahu
Li-d-dîn-i wa-d-dunyâ bihi busyrâ’u
Wa-l-‘arsyu yazhû wa-l-hadzîratu tazdahî
Wa-l-muntaha wa-d-durratu-l-‘ashmâ’u

Telah lahir Sang Pembawa obor
Maka, Alam Raya pun berpendar cahaya
Zaman tak henti-hentinya menebar senyum
Dan puja-puji dan kekaguman kepadanya.
Jibril dan para Malaikat mengelilinginya
Dunia hari ini dan masa depan kemanusiaan bersuka-cita
Singgasana Kerajaan Tuhan (‘Arasy) berdiri begitu megah
Puncak alam semesta (Sidrah Al-Muntaha)
Mutiara memancarkan cahaya, bernyanyi riang.

Cinta membutuhkan ungkapan


“Barang siapa yang mencintai sesuatu, maka ia akan banyak menyebutnya”, hadits marfu' dari sayyidatuna 'Aisyah ini boleh jadi dibenarkan oleh kenyataan para pecinta. Engkau tak akan dapat melepaskan diri dari menyebut entitas yang dicintai. Penyebutan dalam spirit cinta itu ajaib, bisa mendadak membuat orang menjadi sangat puitis dan romantis. Ungkapan cinta khairunnisa, pramugari AirAsia QZ8501 pada Minggu 28 desember 2014, merupakan ungkapan cinta terakhirnya kepada sang kekasih dan mendadak membuat akun instagram dan twitternya @nisaafauzie dibanjiri followers. Dengan sederhana namun penuh arti, Nisa menulisnya di jendela pesawat yang kemudian naas terjatuh, "I love you from 38.000 ft."

Kita butuh pengungkapan yang serius untuk menyatakan cinta. Secara primordial, getar cinta baik secara lisan maupun tulisan tidak membutuhkan dalil agama. Ungkapan cinta melintasi sekat-sekat aturan dan bahkan penjara sekalipun, ia hadir dari kedalaman rasa yang tersimpan rapi pada setiap hati.

Untuk sang nabi, ungkapan cinta itu diajarkan oleh Allah dengan bacaan shalawât lil mushthafâ, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya” (QS 33/56). Maka, siapa saja yang mencintai sang Nabi hendaklah ia memperbanyak shalawât atasnya.

Ungkapan yang kedua adalah aksi nyata yg mendukung pernyataan lisan, inilah keta'atan yang lurus akan segenap perilaku Sang Nabi. "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS: 59/7)

Sang Nabi dipuji karena keteladanan yang mempesona, bukan hanya oleh kawan tetapi bahkan oleh lawannya sekalipun. Tidak hanya oleh kita pengikutnya, bahkan oleh para prngkaji sejarah yang berdecak kagum akan keberhasilan da'wahnya.

"Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan dan demikianlah juga setiap tindakannya. “Kesuksesan kehidupan Muhammad yang luar biasa disebabkan semata-mata oleh kekuatan akhlak tanpa pukulan pedang.” Demikian dituliskan oleh Edward Gibbon dan Simon Ockley dalam History Of The Saracen Empire, London, 1870.

Sementara William Montgomery Watt (1909- 2006), Pakar studi-studi keislaman dari Inggris, dan salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat. Profesor (Emeritus) Studi Bahasa Arab dan Islam di University of Edinburgh, dalam buku Mohammad At Mecca, Oxford, 1953, menulis:

"Kerelaannya dalam mengalami penganiayaan demi keyakinannya, ketinggian akhlak orang-orang yang mempercayainya dan menghormatinya sebagai pemimpin, dan kegemilangan prestasi puncaknya —semua itu membuktikan ketulusan hatinya yang sempurna. Tetapi kenyataannya, tak seorang tokoh besar pun dalam sejarah yang sangat kurang dihargai di dunia Barat seperti Muhammad. Menganggap Muhammad sebagai seorang penipu akan menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang memecahkannya.”
Sang Nabi dengan seluruh kemuliaannya telah menampilkan akhlaq terpuji yang teramat dahsyat, maka bagaimana kita tak mensyukuri kelahirannya?

Salam kerinduan bagimu sang nabi
Kelahiranmu adalah cahaya bagi bumi
Sejarahmu adalah tinta emas kemuliaan
Kematianmu adalah kesedihan alam
Maafkan kami yang masih setia bertikai
Bahkan dalam syi'ar hari kelahiranmu
Ampuni sebagian kami yang lalai
Mungkin karena terbelenggu oleh nafsu

Duhai kekasih hati
Jangan lepas sedetik saja pelukanmu
Agar selamat perjalanan penuh uji ini
Lalu berkumpul di bawah liwa'-mu
Duhai, engkau yang kerap menyapa penuh kelembutan
Duhai, engkau yang bila disapa membalikkan seluruh badan
Terimalah salam cinta penuh kerinduan
Dari pecintamu meskipun berlumur dosa dan kesalahan
Aku mencintaimu yâ khairal anam....

Enha,

12 Rabi'ul Awwal 1436 H
Masjidil Haram, Mekkah al-Mukarramah
Di sisi rumah kelahiran Sang Nabi.

*Sumber: Wall FB Enha Saja

No comments:

Post a Comment