Musibah Tiada Artinya di Hadapan Anugerah - Santrijagad

Musibah Tiada Artinya di Hadapan Anugerah

Bagikan Artikel Ini
Oleh: Habib Munzir al-Musawa
Telah bersabda Nabi Muhamamd, ketika seseorang wanita yang hamil, Allah memerintahkan Malaikat di dalam rahimnya yang selalu menyampaikan Kehadirat Allah. Jika sudah masuk janin ke dalam rahimnya, maka Malaikat berkata “Ya Rabb nuthfah” (Wahai Allah janin telah masuk ke dalam rahim). Lantas apabila ia telah menjadi gumpalan darah dengan Kehendak dan Pengaturan Allah. Malaikat mengatakan “Ya Rabb…” (Wahai Allah dan Malaikat terus mengabarkan akan keadaan sang bayi).
Habib Munzir al-Musawa
Wahai Allah, telah menjadi gumpalan daging bayi ini, Wahai Allah telah mulai terbentuk bayi ini dan ketika ia hampir berbentuk, kelaminnya ditanyakan oleh Malaikat “Ya Rabb a dzakar am untsa” (Wahai Allah apa yang Kau inginkan dari bayi ini, lelaki atau wanita). Maka dengan Kehendak Allah memilihkan kelaminnya dan setelah itu muncullah bayi dan ditiupkan padanya ruh. Berdetaklah jantungnya dan berfungsilah seluruh aliran darahnya, berfungsilah seluruh tubuhnya dan menanti ijin untuk lahir ke muka bumi yang milik Allah, menanti ijin bernafas di dunia yang milik Allah, ia pun lahir ke muka bumi dan menyerukan suara dan setelah itu ia hidup dengan Kehendak Illahi. Dialah (Allah) Yang Maha Memiliki setiap kelahiran, Yang Maha Memiliki setiap kehidupan, Yang Maha Menjatuhkan seluruh kekuasaan dengan kematian.

Dialah (Allah) Maha Suci Allah Swt dan beruntunglah hamba-hamba-Nya yang selalu ingat bahwa Allah menyukai istighfar dan taubat. Inilah satu-satunya hal yang menyelamatkan para pendosa dari kehinaan dan api neraka. Mereka selamat karena memahami ada Yang Maha Mengampuni yang tiada pernah bosan Mengampuni, Yang Maha Pengasih, Yang Lebih Dermawan dari semua yang dermawan, Yang Maha Diharapkan dari semua yang diharapkan. Dialah (Allah Swt) Jalla Wa Allah.

Allah memahami bahwa kita tidak menyukai musibah sehingga Allah berikan semua musibah itu menjadi penghapusan dosa dan menggantikan hal yang tidak kita sukai dengan hal-hal yang lebih indah. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasulullah bersabda,
“Tiadalah seseorang yang meninggal 3 orang anaknya terkecuali Allah jadikan itu sebagai penghalang dari api neraka (hijaban lahu minannaar).”



Berarti kalau seseorang punya 3 anak yang meninggal maka Allah jadikan itu benteng baginya dari api neraka. Betapa pedihnya dan sulitnya dan pahitnya kehilangan seorang anak, bagaimana dengan 3 orang anak? Seakan-akan sirna seluruh kenikmatan yang dia lewati sebelumnya. Tiga orang anak yang wafat dari anak-anaknya (misalnya) namun hal itu diganti dengan; hijaban lahu minannaar. Kesedihan itu kecil kalau dibandingkan anugerah bebas dari api neraka. Ketika ia melihat api neraka di yaumal qiyamah, ia akan memuji Allah, Maha Suci Engkau Wahai Rabb yang membuat 3 orang anakku wafat dan aku terjaga dari api yang mengerikan ini.

Di saat itu, kalau seandainya orang sudah melihat api neraka, seandainya ia mempunyai 100 orang anak pun rela dikorbankan demi selamat dari api itu. Seandainya ia mesti melewati kesedihan sepanjang ia lahir hingga ia wafat, ia akan lewati kesedihan itu dan ia anggap gembira jika ia lihat api neraka itu.

Lalu para Sahabat bertanya “kaifa bi itsnain?” (bagaimana kalau yang 2 orang anaknya yang wafat?). Rasulullah menjawab; “bal itsnain” (juga kalau hanya 2 yang wafat) juga menjadi hijab baginya dari api neraka. Kesedihannya dibayar oleh Allah dengan selamat dari api neraka selama-lamanya. Inilah anugerah betapa Allah selalu membayar kesedihan kita dengan kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada kesedihan itu sendiri. Kalau seandainya seseorang itu melihat 2 anaknya wafat di dunia lalu ia tahu kalau di akhirat ia akan masuk api neraka maka betapa tidak berartinya seluruh anaknya kalau ia harus menginjak api neraka. Allah selamatkan itu semua, akan tetapi tentunya kita tidak ingin anak kita wafat. Maka selalulah memohon luthf (kelembutan) dari takdir-takdir Ilahi. [Zq]

*Sumber: transkrip kajian Shahih Bukhari bersama almarhum Habib Munzir al-Musawa (www.majelisrasulullah.org)

No comments:

Post a Comment